17. Sebar Undangan

200 31 2
                                    

Hello kembali lagi.

Minal aidzin Walfaidzin. Maaf kalau salah, kalau ada uang bagiin. Hehehe telat tapi ga apa dah, masih di bulan Syawal.

Jadi akan aku se bisakan up tiga hari sekali biar bisa konsisten sampai End.

Selamat membaca dan semoga suka.

⚫⚫⚫

Seminggu aku kembali di Jakarta aku gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang aku tinggalkan atau yang harus dikerjakan saat akan cuti lagi karena menikah.

Rencananya aku akan pulang ke Semarang seminggu sebelum hari H, sedangkan kak Tama akan ke Semarang dengan keluarganya pada empat hari sebelum hari H pernikahan.

Hari ini saja aku menargetkan harus bisa menyelesaikan tiga lampiran yang harus diserahkan di bagian pemasaran. Bukan hanya aku yang mengerjakan tapi juga dengan bantuan Gopi dan Yudistira.

"Rum Lo sendiri aja yang nyerahin lampiran ke bagian pemasaran. Gue dan Gopi barusan di tugaskan buat ke anak perusahaan yang di Depok."

Aku menatap Yudistira Horor. "Ayolah temani gua bentar. Gua gak ada pengalaman nyerahin lampiran gini apalagi ke bagian Pemasaran."

Yudistira menepuk pundak ku pelan. "Tenang aja. Rileks. Lu cuma perlu nyerahin ke Pak Harto direktur pemasaran, nerangkan poin-poin pentingnya habis itu udah kelar. Gua udah ditunggu Gopi di bawah. Good luck ya."

Dia langsung berjalan cepat menuju lift. Aku menatapnya pasrah. Mau gak mau aku harus menyerahkan sendiri ke sana.

Ku tarik panjang nafas terlebih dulu. Fyuhh "Bismillahirrahmanirrahim bisa!"

Jika udah tenang barulah aku melangkah menuju Lift yang akan membawaku ke lantai 11 tepatnya lantai bagian Pemasaran Bekerja.

Pintu lift terbuka lebar. Aku menengok dulu mencermati area Pemasaran. Disini banyak sekali poster yang di gantungkan di dinding. Mungkin itu hasil prodak yang sudah dirancang atau sudah di produksi perusahaan ini. Maybe.

Kakiku melangkah dengan tenang menuju tempat dimana ruangan direktur bagian pemasaran bekerja.

Aku membuka pintu kaca yang sama dengan pintu utama bagian Administrasi. Saat aku masuk para pekerja di dalam langsung memusatkan pandangan padaku.

Tiba-tiba saja aku jadi gugup, tapi sebisa mungkin aku merilekskan tubuh. Aku harus segera menyerahkan lampiran ini.

"Permisi aku mau ke Pak Harto buat nyerahin lampiran dari bagian administrasi,"

Salah satu orang di bagian ini menjawabnya, "Oh iya silahkan langsung masuk aja."

Aku mengangguk sambil tersenyum simpul. Tapi mataku menatap seorang pria yang duduk mematung menatap kehadiran ku. Mampus dah ini.

Tanpa harus menunggu lama aku segera menuju ruangan pak Harto selaku yang bersangkutan dengan lampiran yang aku bawa.

Sebelumnya aku mengetuk pintu ruangan beliau terlebih dulu. Tok.. tok.. Tok

Setelah mendapat persetujuan aku baru memasuki ruangan Pak Harto. Ternyata beliau sedang duduk sambil menyesap kopi.

"Maaf pak kalau menganggu e
Waktunya. Saya disini mau memberikan lampiran yang anda minta di Administrasi." Aku mengatakannya langsung. Pak Harto meletakkan cangkir kopinya. "Oh Arumi ya? Saya tadi diberi tahu Fani kalau kamu yang mengantarkan. Silahkan duduk dulu."

Aku menuruti. Pak Harto yang aku tau Om nya Bu Fani bukan orang yang garang. Buktinya dua menyambut dengan baik, tanpa ada rasa tidak nyaman.

Bab demi bab aku sudah terangkan, memakan sekitar setengah jam. Pak Harto juga sudah meminta untuk menyelesaikan segera.

MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang