10. Tiba Harinya

237 34 4
                                    

Bentar lagi kita kan melihat siapa orang yang nanyain Arumi.

Sabar-sabar. Akan ada waktunya.

Tas jinjing aku angkat menuju gerbong kereta yang sudah akan sampai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tas jinjing aku angkat menuju gerbong kereta yang sudah akan sampai. Tiba hari ini aku akan segera pulang Ke Semarang sesuai dengan permintaan Bapak dan ibu.

Perjalanan menggunakan kereta sekitar 5-6 jam yang harus ditempuh. Lumayan lama, tapi sudahlah, ini demi menghargai orang yang menanyakan diriku.

Selama perjalanan aku lebih memilih menonton film di laptop yang aku bawa ataupun memilih tidur saja. Dari pada bengong sendiri tidak punya siapa-siapa yang bisa diajak berbicara, karena aku tidak mengenal siapapun di gerbong ini.

Dua jam sudah perjalanan yang ditempuh. Mataku sudah mengantuk, mungkin efek terlalu banyak menonton film di layar laptop. Sebelum akan tertidur, aku lebih dulu menyimpan laptop. Tubuhku aku atur untuk mencari posisi nyaman.

⚫⚫⚫

Tiba juga di stasiun Semarang. Aku keluar area stasiun dengan tas jinjing yang lumayan besar. Mata aku edarkan untuk mencari orang yang katanya akan menjemput disini.

Nihil. Sama sekali aku tidak menemukan apa-apa. Ku rogoh saku untuk mencari hape. Segera menelepon orang yang kata bapak bersedia menjemput.

"Halo. Assalamualaikum. Kamu dimana sekarang?"

"Waalaikumsalam. Udah nyampai? Bentar-bentar aku langsung cuss kesana."

Mati. Dimatikan sepihak olehnya. Aku memilih menunggu dia saja yang kata tadi akan langsung
nyamperin kesini.

Suara deru motor terdengar didepanku. Aku langsung berjalan menuju orang yang membawa motor metic warna hitam dan sedikit memiliki corak hijau itu.

Tas jinjing, aku di taruh didepannya. Aku langsung duduk di jok belakang. Dengan tas punggung yang aku taroh ditengah-tengah.

"Dari mana aja tadi?" Aku bertanya. Dia masih tetap menjalankan motor matic.

"Cafe. Aku tadi nunggu disana, dari pada kaya orang kaga jelas nunggu sendiri didepan sana." Jelasnya. Aku tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu.

Tiga puluh menit motor yang dikendarai oleh salah satu adikku sudah sampai di halaman rumah bapak dan ibu. Kyaa aku kangen banget dengan rumah ini.

Tas jinjing dibawa masuk Abyaz, adikku itu pengertian sekali rupanya. Kami memasuki rumah dari pintu utama.

"Assalamualaikum kami pulang," Bapak yang sedang duduk di bangku sambil menonton TV menoleh. "Waalaikumsalam. Udah nyampai toh. Ayo-ayo Ndang masuk."

*Ndang : Cepat

Aku Salimi dulu tangan Bapak. Sedangkan Abyaz membawa tasku masuk kamar. "Gimana kabar Bapak? Sehat?" Bapak tersenyum. "Alhamdulillah Bapak sehat, sehat banget malah."

Alhamdulillah. Aku turut senang mendengar hal itu.

"Mbak Lumii!!" Panggilan adik terakhir terdengar. Aku dan bapak serempak menoleh.

Arza berlari dengan semangat menujuku. Badan mungil nya langsung nubruk tubuhku lumayan keras. "Atu angen Mbak."

Sekilas aku menatap Bapak, dan ternyata beliau sedang tersenyum menatap interaksi kami. Usapan rambutnya yang lebat aku berikan. "Mbak juga kangen kamu."

"Loh udah nyampai? Baru atau dari tadi?" Suara istri bapak terdengar. Aku tersenyum lalu mencium tangan beliau dengan Arza yang masih berada di pangkuan.

"Gak terlalu lama Bu," Ibu duduk disebelah Bapak. "Dek turun dek. Mbak Rumi baru pulang, pasti mbaknya kecapean. Turun ya dek,"

Arza menatapku seperti mencari jawaban. Dia kemudian turun dari pangkuanku, "Enggak Bu. Aku gak terlalu cape."

Arza tersenyum mendengar jawabaku, tapi saat aku mengangkat nya lagi, "Sini Dek sama Bapak, nanti tumbas Es krim."

*Tumbas: Beli

Arza memang sangat menyukai Es krim. Di rayu kalau mau di beliin es krim langsung menyetujui. Buktinya dia langsung menuju pangkuan bapak, "Ener a umbas kim?"

Bapak mengusap kepala Arza, "Iya nanti sore tumbas Es krim. Mau berapa?"

"Iga!! Umbas iga," bapak cuma tersenyum. "Iya. Nanti Mas Arbie juga diajak beli."

"Jangan banyak-banyak. Kalau pilek rewelnya gak cuma satu hari." Ibu menolak permintaan Arza.

Interaksi mereka itu adalah pemandangan yang sangat menyenangkan. Keharmonisan keluarga tercipta dari sesuatu peristiwa yang kecil.

"Kamu masuk kamar sana. Istirahat. Tapi dengan catatan harus bangun sebelum magrib," Biasalah. Ibu dan bapak paling melarang anak-anak nya tidur magrib. Kalau ada Adzan magrib itu udah harus selesai mandi.

"Nggih Bu. Mbak masuk dulu,"

⚫⚫⚫

"Kamu beneran enggak kenal siapa yang tanyain Mbak?" Pertanyaan itu aku berikan sudah ketiga kalinya ke Naya, adik perempuan pertamaku.

Dia menggeleng lagi, "Aku Ndak tau. Aku aja kaget saat ibu bilang kalau ada yang tanyain mbak."

Mendesah lelah. Punggung aku sandarkan ke kepala ranjang kamar Naya. "Emangnya bukan Mas yang tanyain mbak?"

Aku menatap mata Naya intens, setelah itu aku menatap langit kamar Naya, "Mbak sudah terlanjur kecewa sama dia. Dan Mbak juga yakin bukan dia yang datang kesini."

Adik perempuan ku ini sudah sering mendengar kisah cinta di hidupku. Walaupun Naya memiliki sifat yang diluar dugaan tapi untuk menjaga rahasia dia bisa diandalkan.

"Aku tidak tau apa yang sudah dibuatnya sampai membuat mbak kecewa. Mungkin benar, orang ini adalah orang yang dikirimkan Allah untuk menggantikan dirinya. Aku cuma mau mbak jawab dengan jawaban terbaik bagi orang yang datang."

Aku menatapnya sambil tersenyum. "Kamu memang bisa diandalkan."

Pintu kamar Naya diketuk. Serempak kami berdua menoleh kearah pintu. "Mbak Naya, Mbak Rumi ayo keluar! Bantu ibu masak."

Ternyata suara Anantari yang memanggil kami. Aku berdiri terlebih dulu, "Ayo! Tugas negara sudah memanggil." Naya tersenyum geli kemudian ikut berdiri di sampingku.

Aku dan Naya membuka pintu kamar. Pemandangan pertama yang dilihat adalah Anantari yang berkacak pinggang sambi menatap kesal.

"Ibu udah uring-uringan di dapur dan aku yang malah disalahin," Aku menatap Naya sebentar. Lalu kami berdua merangkul pundak Anantari untuk berjalan bersama menuju dapur.

 Lalu kami berdua merangkul pundak Anantari untuk berjalan bersama menuju dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maap banget kalau lama.

Aku lagi Ujian, sebenarnya bisa sambil nulis tapi moodnya juga kadang enggak baik. Mohon pengertiannya khawan².

Luvv💚



































MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang