39. Terkejut

160 28 0
                                    

SAY HAI aku kembali

Telat ga si? Maap ya kalau telat, sibuk real life juga

Selamat membaca dan semoga suka:)

⚫⚫⚫

Memperhatikan Geby yang sedang mengerjakan soal-soal di kertas jawaban. Dia sedang mengerjakan soal mapel Geografi.

Walaupun aku waktu SMA memasuki Jurusan IPA, sedangkan Geby ini masuk Jurusan IPS, emang berbeda sih, tapi aku paham dan mengerti apa yang dikerjakan Geby kali ini.

"Kapan kakak terakhir menstruasi?" Pertanyaan tiba-tiba dari Geby membuatku tersentak. Dia menatapku lekat, "Maaf kak kalau pertanyaan ku tadi gak sopan, tapi saat kakak disini aku bahkan gak pernah lihat kalau kakak libur solat. Tiap hari kakak pasti ikut solat bareng."

Kebiasaan keluarga ini memang seperti itu. Setiap hari pasti ada solat bareng, dengan Papa atau Mas Tama yang menjadi Imamnya, entah itu solat Magrib ataupun Solat isha, pasti akan ada minimal di satu waktu.

"Langsung Check ya nak, biar Mama yang belikan Testpek," Eh? Aku berbalik badan, ada Mama Mertua yang sedang berdiri membawa potongan buah-buahan keinginan Geby.

Aku langsung berdiri. "Engg-enggak usah Ma, paling cuma telat biasa, aku emang kadang suka telat-telat mensnya." Mama menggeleng tegas, "No. Ini bisa jadi loh nak, Test ya, kalau ada apa-apa biar langsung tahu. Kalau emang belum ada juga gak papa. Test dulu aja ya."

"Ada apa ini kok ribut-ribut," tiba-tiba ada suara Mas Tama yang ikut berdiri di ruang kumpul. "Kamu ini gimana sih. Istri telat kok gak tahu, keenakan malah jadi pelupa."

Astagfirullah

Tangan Mama memukul pundak pundak mas Tama. Mas Tama yang tidak tahu apa-apa malah cengo sendiri.

"Maksudnya Mama apa sih?"

"Ini loh istri kamu udah telat jatah menstruasi, dan kamu sebagai suami malah lupa," Mata mas Tama menatapku sebentar lalu menatap Mamanya lagi. "Ya mana aku tahu Ma. Lah terus kalau gini gimana?"

"Biar Mama yang beli alat Test. PAK BUDI SEGERA SIAPKAN MOBIL!!" Aku menatap mas Tama cemas. Mas Tama yang lahan langsung berucap sana Mama Mertua. "Ma gak usah buru-buru, kali aja ini cuma telat biasa. Arumi pernah telat mens juga."

"Makanya biar tahu lebih jelas kita harus segera check. Kalau iya jadi dan kalian enggak tahu malah bahaya nak. Untuk hasilnya biarkan menjadi yang paling akhir." Pao Budi supir keluarga sudah masuk dengab tergopoh-gopoh, "Bu maaf mobilnya sudah saya siapkan."

"Baik pak. Kita langsung pergi ke apotik terdekat,"

⚫⚫⚫

Kami bertiga menunggu Mama Kembali. Aku tetap melihat Geby mengerjakan soal, sekalian menunggu Mama juga. Mas Tama ikut duduk di sebelahku, sesekali melihat pintu utama.

Dua puluh menit Mama kembali, dengan satu kardus yang mungkin berisikan alat Test kehamilan. Tangan mas Tama memegangi tanganku yang keringat dingin.

"Ini. Langsung Test ya. Bismillah dulu. Apapun hasilnya akan diterima dengan baik." Mama memberikan kontak kecil. Aku menatap Mama, Mas Tama dan Geby bergantian, mata mereka seperti menyakinkan untuk mencobanya.

Tangan kiri ku di genggaman Mas Tama, "Ayo akan Mas temani ke kamar,"

Kami pamit untuk ke kamar, aku akan mencobanya. Rasa di hati cemas, takut dan khawatir tercampur jadi satu.

"Cobalah. Ingat ya, apapun yang menjadi hasilnya itu yang terbaik buat kita. Kalau emang belum ada, gak papa, berarti kita harus mencobanya lebih lagi," aku mengangguk mantap. "Bismillah dulu yang."

MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang