37. Day-1

140 26 1
                                    

Dan lagi sesuai jadwal ya tiga hari akan up

Selamat membaca dan semoga suka :)

⚫⚫⚫

Pagi hari aku sudah bangun. Mas Tama kembali tidur setelah sholat subuh, biarkan saja, nanti pas saat waktu sarapan baru dibangunkan.

Di dapur aku menemukan Bibi yang sedang memotong sayuran, aku mendekat ke arah Bibi dengan senyum yang ada di bibirku, "Pagi bik"

Bibi tersentak kaget, "Eh pagi juga Mbak," terkikik aku melihat keterjutan bibi. "Masak apa bi buat sarapan?"

"Cuma roti isi Mbak, tapi kalau Mbak mau masak yang lain juga boleh kok," Aku sempat terbengong. Roti isi? Berarti gak makan nasi? Kenyang gak sih kalau cuma makan roti isi?

"Aku mau masak nasi goreng sosis aja bi, cari yang simple," bibi tersenyum. "Boleh-boleh. Nanti bibi bantu, tapi maaf ya Mbak, bibi harus buat ini dulu."

"Iya gak papa kok bi," Segera aku bersiap untuk memasak, aku yakin semua bahan-bahan untuk membuat nasi goreng sosis pasti ada.

"Selamat pagi," Mama dan papa mertua sudah datang ke dapur, bersiap untuk sarapan. "Kamu masak nak?" Mama mendekat ke arahku, sedangkan Papa sudah duduk di meja makan.

"Iya Ma. maaf banget Ma, aku ga terbiasa makan roti isi buat sarapan. Perutku bukan perut orang sugih," Tangan nama mengusap perutku. "Ya gak papa dong. Bagus itu, Mama dulu juga begitu, tapi setelah menikah dan ngikutin kebiasaan suami jadi dibawa sampai sekarang. "

"Suami kamu mana nak?" Papa berujar saat aku meletakan piring berisi nasi goreng sosis di meja makan.

Aku menoleh, "Tidur Pa, tadi selesai solat subuh mau tidur lagi aja katanya," Mama mertua sudah duduk di kursinya. "Dibangunin gih nak. Sudah saatnya serapan, dan Mama minta tolong sekalian bangunin geby ya."

"Iya Ma kalau begitu aku permisi,"

⚫⚫⚫

Langkah kaki ku menuju kamar Geby. Saat ingin aku buka, masih terkunci, aku mengetok pintu kamar adik ipar ku ini.

"Geby bangun yuk. Sudah saatnya kita untuk sarapan." Tak lama pintu dibuka dengan menampilkan seorang anak gadis yang rambutnya masih basah. "Maaf Kak. Aku baru selesai mandi."

"Iya gak papa. Nanti kalau sudah turun buat sarapan ya. Udah ditunggu, kakak mau bangunin Abang kamu dulu yang kalau tidur suka cosplay jadi kebo," Geby tertawa pelan. "Iya kak. Btw makasih."

Aku menganggukkan kepala, kemudian berjalan menuju kamar bujangan Mas Tama di rumah ini. Dan sampailah di pintu ber- cat coklat mengkilap dihadapan ku.

Membuka engsel pintu, pandangan yang aku lihat adalah Mas Tama yang masih berada di atas ranjang dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Tersenyum aku melihatnya yang kalau tidur emang benar kayak kebo.

Membuka tirai-tirai jendela terlebih dulu, memberikan akses masuk buat mentari dan cahaya pagi hari. Jangan harap mas Tama akan terbangun karena silau nya cahaya matahari, tidak, dia tetap nyenyak di tidurnya.

Duduk di tepi ranjang menghadap kearahnya. Aku mengusap rambut Surai Mas Tama yang berantakan saat tertidur.

"Mas bangun yuk. Udah saatnya sarapan," Tidak bergeming. Aku gantian mengusap pipinya. "Ayo bangun, ayo bangun, ayoo bangun, ayo bangun-bangun."

Mata Mas Tama perlahan terbuka, senyuman langsung terbit di bibirnya. "Ayo Mas kita sarapan. Yang lain udah nunggu dibawah."

Dia bangun dari rebahan. Kedua lengan tangannya terbuka lebar mengisyaratkan sesuatu. Aku paham sekali dia ingin apa.

MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang