32. Cemburu?

155 33 4
                                    

Mood nulisnya lagi macet. Doakan semoga lancar kek jalan tol.

Selamat membaca dan semoga suka🤗

⚫⚫⚫

Di perjalanan Mas Tama melirik-lirik ke arahku. Aku tau apa yang dia inginkan, tapi aku akan menunggu sampai sampai di rumah saja.

Sampai di kontrakan aku mau langsung bertanya. Rasanya aneh kalau saling diam seperti ini. Bukan kami banget ihh.

"Mas aku.." Dia menyela, "Mandi saja dulu. Kita mengobrol saat sudah bersihkan badan. Mas mau mandi dulu."

Oke-oke baiklah. Mas Tama keluar kamar menuju kamar mandi. Aku menyiapkan pakaian ganti buatnya dan buatku juga. Setelah selesai aku langsung menuju dapur, ingin memasak makan malam yang simpel saja.

Cuma akan menanak nasi porsi kami berdua dan menggoreng NuGet yang kami beli pas belanja bulanan. Cukup mudah dan tidak membutuhkan waktu yang banyak.

"Kamu mandi saja. Biar Mas yang urusin nasinya," Mas Tama keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit perut sampai lututnya. "Iya Mas."

Mas Tama memasuki kamar terlebih dulu. Aku menyimpan terlebih dahulu NuGet yang sudah digoreng, barulah aku memasuki kamar untuk mengambil handuk dan pakaian ganti.

Sangat terkejut sampai aku ingin teriak, padahal sudah terbiasa melihat pemandangan yang seperti ini. Tapi akan sangat akward jika mendadak.

Aku bernafas panjang. Rileks, dia suamimu, kamu sudah sering melihatnya, jangan khawatir.

Kata-kata itu buat perileks tubuhku yang sempat tegang. Saat akan mendekat Mas Tama berbalik dengan atasan yang belum memakai baju.

"Ambil handuk?" Aku tersentak. Lalu aku menyengir lebar, "Hehehe iya Mas. Tolong ambilkan handukku ya."

Mas Tama tersenyum melihatku. Tangannya mengambil handuk yang tergantung di pintu lemari. "Makasih Mas."

Kami memang tidak memakai satu handuk buat berdua. Masing-masing kami memiliki handuk, bukan apa-apa. Sebenarnya aku tidak masalah berbagi handuk, tapi Mas Tama yang membelikan aku satu lagi, katanya kalau ada penyakit kulit tidak menular, padahal mah fine-fine aja kalau bisa, toh kita ini suami istri jadi hal begitu sangat wajar.

Keluar kamar dengan handuk dan pakaian ganti di kedua tanganku. Sebelum masuk kamar mandi aku melihat nasi dulu. Masih belum matang ternyata.

"Arumi jatahnya kamu mandi. Kan sudah Mas bilang kalau nasi itu jadi tugas Mas," Terciduk lah aku. "Cuma ngecek sebentar Mas. Ini mau mandi kok."

Aku langsung memasuki kamar mandi dengan cepat sebelum kata ceramah yang Mas Tama akan keluarkan jika aku tetap mengeyel dengan permintaannya.

⚫⚫⚫

Sudah selesai makan malam berdua. Aku duduk di depan televisi yang sedang menyiarkan fakta-fakta unik di seluruh dunia, sedangkan Mas Tama yang mencuci piring.

Di depanku sudah ada cemilan ruangan untuk menemani menonton tv. Snak yang diambil random Mas Tama, untung aja pada enak.

"Sini duduk disebelahku," Aku menepuk bagian samping tempatku duduk. Mas Tama tersenyum lalu menuruti dan ikut duduk.

Sudah merasa sekali. Senyum yang dia tampilkan ini tidak seperti senyumnya yang biasa. Agak sedikit terpaksa jika dilihat ataupun dirasakan.

Tangan nya aku buka lebar untuk diriku masuk ke dalam pelukan nya yang sangat nyaman. Pelukan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang