12. Bersama Si Bungsu

235 26 0
                                    


Lancar kan puasanya? Semoga iya.

Aku up malam aja ya saat bulan puasa biar kalau suatu adegan anu puasa kalian gak sia-sia.

Selamat membaca dan semoga suka.

Selamat membaca dan semoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesuai hari yang ditentukan. Hari ini orang yang datang menanyakan aku ke orang tuaku datang kesini. Katanya akan datang di sore hari. Jadi sekarang aku masih bersantai biasa.

Jujur saja aku penasaran siapa yang datang kemarin menghadap ibu dan bapak. Aku juga bingung mau jawab apa, sedangkan aku saja tidak tau siapa orangnya.

Kata ibu, dia bertubuh tinggi tegap, memiliki rahang yang khas dan memiliki gaya rambut yang modern. Tetapi ibu tidak memberi tahu apa pekerjaan nya.

Aku sebenarnya ingin bertanya kepada bapak tapi hari ini bapak sedang tidak ada di rumah. Bapak lagi ke kota untuk mengantarkan pesanan telur asin dan juga daging bebek.

"Rum nanti pakai pakaian yang enak dipandang yo," aku menoleh ke arah sumber Suara. "Iya Bu. Aku udah siapin pakaian yang bagus."

Ibu ikut duduk disamping ku dengan sayur bayam yang mungkin baru dibelinya. "Ndak usah ragu kalau jawab. Jawab aja sesuai apa yang kamu inginkan. Beri dia pertanyaan atau permintaan kalau kamu mau menyakinkan dirimu dulu. Ibu dan bapak gak memaksa kamu menerimanya."

Aku tersenyum manis. Lalu membantu ibu memotong-motong sayur bayam. "Ngih Bu."

*Nggih : iya

"Eh Rum ibuk *kelalen. Jemput adikmu nek rumahe Budhe Nartik. De' e mau moh di jak mulih," Arzi kebiasaan. Kalau ikut ibu belanja pasti akan susah kalau disuruh pulang. Pasti main dulu sama cucunya Budhe Nartik.

*Kelalen : kelupaan
*Sub: Dia tadi gak mau diajak pulang

Aku langsung berdiri untuk mengambil kunci motornya Abyaz yang orangnya masih sedang tidur nyenyak di sofa. "Byaz, Mbak pinjam motornya bentar."

"Pergi dulu Bu,"

⚫⚫⚫

Rumah bercat hijau aku datangi. Di sebelah kanan rumah ini ada lapak dagang sayur. Ibu tadi beli sayur bayam disini.

Ku parkirkan motor Abyaz di halaman depan di sebelah pohon cabai rawit setan. Cabai yang walaupun ukurannya kecil tapi pedesnya gak main-main.

"Cari Arzi mbak?" Tanya Fito, Anak terakhir budhe Nartik. "Iya Fit. Disini anaknya?"

"Iya. Di dalem sama Tira. Langsung masuk aja mbak ada bapak mbak Ayu kok." Aku mengangguk. Lalu berjalan memasuki rumah.

"Assalamualaikum," ucapan salam dulu itu adalah hal wajib. "Walaikum salam. Arzi di cari mbak ruminya tuh."

Mbak ayu keluar. "Duduk dulu Rum. Anak-anak masih pada asik main," tiba-tiba suara Arzi langsung terdengar.

"Mbak Lumiii!" Dan selalu. Dua selalu menubruk tubuhku lumayan kencang. Aku menatap Arzi, "Ndak boleh teriak-teriak di rumah orang, saru dek."

MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang