29

130 11 1
                                    

“Syukurlah kalian~” sambutan Taehyun terhenti ketika melihat tatapan Somin yang begitu dingin penuh kekecewaan dan kecemasan.

Hawa tak mengenakan di rasa seluruh penghuni dorm.

Ke tiga hyung nya menunduk kepala, takut dan merasa bersalah atas kejadian yang menimpa mereka.

Mi Sun, Nam Kyu, Na Ri ialah saudara Somin sekaligus partner misi nya.

“Kalian segera masuk kamar masing masing,” dingin nya memerintah. Entah di tujukan untuk siapa.

Hyun Jae yang sudah tahu sifat adik nya, “BTS, TXT kalian beristirahatlah,”
“Kami ada sedikit urusan.” Ujarnya

Saling memandang bingung kecuali ke 4 saudara tersebut, mengangguk tanpa banyak bicara mereka pergi ke kamar masing masing atau hanya sekedar menumpang di kamar sebelahnya.

“Duduk,”

Tinggal lah tim BM dalam satu ruang

“Kalian, tahu? Kesalahan apa yang telah diperbuat?” dingin nya.

“Maafkan kecerobohan saya, ketua” tegas Nam Kyu.

“Saya terlalu fokus pada panggung perform hingga lupa memantau keadaan di sekitar Shoot berada.” Ujarnya mengakui kesalahan nya.

“Bukan kah ada dua orang pemantau?” Tanya nya.

“Maafkan saya yang tidak mengetahui keberadaan musuh di tempat tersebut, di karenakan minim nya pencahayaan yang ada, dan tanpa saya tahu seseorang melukai lengan Shoot.” Jelas Na Ri.

Ketua tim mengernyit bingung.

“Lalu kalian diam saja tidak memberitahukannya padaku?” ujar sang ketua dengan anehnya memasang wajah polos nya.

Ke-lima anggotanya merinding takut tanpa terkecuali.

“Tapi ketua, tempat yang di gunakan Shoot telah saya nyalakan sakelar lampu di kamarnya, walaupun saya mengurangi penerangan agar tidak terlalu mencolok untuk dilihat saat posisi Shoot ambil untuk membidik.” Ujar Kyong Jee.

“Lalu..?” mata tajam Somin, sang ketua tim menatap Mi Sun.

“Maaf, ketika saya datang tidak ada satupun penerangan bahkan saya menggunakan senter handphone yang saya bawa. Bahkan ketika saya mencari sakelar lampu, dan saat menemukannya lalu menekannya tidak ada tanda tanda satu pun lampu yang menyala.” Terang Mi Sun.

‘Sabotase kah?’ pikir Kyong Jee heran.

‘Khu..khu..khu menarik’ batin shinso dengan senyum sadisnya menatap saudara nya dari balik tubuh yang kini Somin isi.

Somin tersenyum tipis di balik wajah polosnya yang kini terpatri di wajah cantiknya.

Kyong Jee yang peka ikut tersenyum tipis saking tipis nya sampai tak terlihat.

“Baiklah, saatnya menjalankan kesepakatan.” Dingin Somin.

Semua mengangguk, mereka tahu kesepakatan apa yang di maksud ketua nya.

Somin berdiri, melangkah masuk kamar milik nya dan keluar dengan cambuk di genggaman nya.

Splashhh..

Plakk

Arrgghhh..

5 kali berturut turut, jeritan menyakitkan keluar dari mulut satu orang perempuan. Nari yang terlebih dahulu menerima hukuman berlanjut dengan yang lainnya di mulai dari kaki kanan lalu pindah ke kaki kirinya, dan punggung tubuhnya dengan 3x cambukan.

HEROINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang