[Angkasa-18]

406 24 1
                                    


Deru nafas yang keluar dari mulutmu adalah oksigen yang selalu ku hirup.
Maka jika kamu hilang, bagaimana aku bisa menghirup oksigen lagi?

— [Angkasa] —

Sesuai janjinya, Angkasa sudah berdiri di depan rumah Lavender beberapa menit yang lalu. Seragamnya yang memang tidak terkesan rapi dan jaket hitam yang terlampir di pundaknya membuat Lavender yang baru saja keluar dari pintu utama tersipu malu.

Orang ganteng mau gimana juga pasti ganteng wkwk.

"Keadaan lo sekarang gimana? Masih ada yang sakit? Atau lemas?" tanya Angkasa ketika melihat gadisnya sudah berada di hadapannya.

Lavender memegang kepalanya, lalu menggeleng, "Ven udah baik-baik aja kok."

Angkasa tersenyum kecil, "Ayo naik."

Lavender mengangguk, ia menerima halm yang di ulurkan oleh Angkasa. Pagi ini Angkasa jauh lebih perhatian dari hari-hari sebelumnya. Lavender sangat senang.

Melihat Angkasa sudah siap, Lavender malah terdiam dengan memegang erat rok seragamnya. Ia menunduk.

Angkasa mengernyit, "Kenapa?"

"V-ven ini," tuturnya sembari memegang erat roknya.

Mencoba memahami bahasa yang tidak terlalu jelas, Angkasa meneliti penampilan Lavender. Tidak ada yang salah, dan sial mengapa secantik ini?

Wait. Rok?

Angkasa menghela nafas lalu menundukkan kepala, "Rok lo kurang pendek hm?"

"Motor kakak ketinggian, kalau Ven naik pasti nanti kesingkap."

"Besok jangan di pake lagi!" tegas Angkasa, ia membuka jaketnya lalu melemparkannya kepada Lavender.

Melihat itu Lavender hanya menyengir membuat Angkasa mendengus.

Setelah itu, keduanya pergi membelah jalanan ibu kota yang banyak sekali di lalui oleh kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang.

Jika waktu bisa di bekukan, Lavender akan meminta untuk terus berada di sisi Angkasa. Pelukan yang selalu ia rasakan tidak ingin ia lupakan. Baginya Angkasa itu sangat sempurna.

Ketika hatinya tidak dapat membuat semuanya sempurna maka Angkasa akan datang dan menyempurnakannya.

Tidak terlambat. Terlihat dari gerbang yang masih terbuka lebar. Dan seperti biasa, pasang mata pasti akan menjadikan dua insan itu sebagai titik terdepan.

"Kak, Ven malu." cicit Lavender yang sudah turun dari motor Angkasa.

Ingin sekali rasanya Angkasa mencongkel mata-mata yang dengan terang-terangan menatap ke arahnya. Jika tidak mengingat ini di area sekolahan, mungkin dengan senang hati Angkasa akan menghajar mata jelalatan yang ditujukan kepada kekasihnya.

"Lagian lo juga sih!" kesal Angkasa lalu berdiri di samping Lavender yang menatapnya heran.

"Ada yang salah?" tanya Lavender.

Angkasa mendelik sinis, "Kenapa lo cantik banget sih?! Lihat! Cowok-cowok murahan tuh pada ngeliatin!"

Lavender mengarahkan pandangannya ke sekitarnya. Benar saja para cowok menatapnya penuh puja. Dan ada yang tersenyum, melambaikan tangan, bahkan memberikan love jari.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang