[Angkasa-14]

579 28 11
                                    

Ada yang tau kenapa Lavender bisa ngomong kayak gitu?

Penasaran gak?

Ada dua pilihan ketika kamu mencintai seseorang, mempercayainya atau mencurigainya.


-[Angkasa]-


"Lo.... siapa?"

Kalimat yang Lavender ucapkan membuat hatinya seperti terhantam sebuah beton yang bertingkat-tingkat. Rasanya sakit dan tidak menyangka. Ada apa dengan Lavender? Lalu tidak biasanya gadisnya berucap 'lo-gue' dan sekarang tatapannya berubah menjadi tajam.

Angkasa masih menyorot Lavender khawatir, sesekali ia mengusap punggung tangan Lavender, namun sayang ketika akan menggenggam Lavender menghentakkan kasar tangan Angkasa.

"Jangan sentuh gue!" tajam Lavender.

"Ini gue Ven, Angkasa." ujar Angkasa mengingatkan, "Lo kenapa?"

Lavender menggeram dengan rahang yang mengeras, "Gue gak kenal siapa lo! Pergi sekarang juga!" bentaknya.

Langit yang sedari tadi diam, mendekat lalu berdiri di sebelah kiri Lavender, "En..."

Merasa kenal dengan suara itu, Lavender pun balik menatap Langit dengan tatapan teduh. "Alang,"

Belum sempat menjawab, Lavender sudah terlebih dulu menghambur ke dalam pelukan Langit.

Angkasa yang melihat itu lantas menatap tak percaya. Dan Langit, sepertinya dia pun sama. Ada yang di sembunyikan.

"Alang, En rindu,"

Langit yang sedari tadi diam langsung membalas pelukan Lavender tak kalah erat.

"Gue juga, maaf."

"En takut Alang, mereka semua bohong! Mereka semua bohong Alang!" cicit Lavender dengan deru nafas yang memburu.

Langit menetralkan raut wajahnya, dia tidak ingin jika Lavender harus mengingat semua itu. Dia benci itu!

"Sekarang ada gue, lo gak usah takut, Okay."

"Kenapa Alang pergi? Kenapa Alang gak cari En? Alang ingkari janji yang kita buat! Alang juga pembo- Arghhh!!"

Tiba-tiba saja Lavender berteriak dengan memegangi kepalanya. Dan tak berselang lama kesadarannya pun menghilang membuat Langit berteriak memanggil Dokter Yuna.

Angkasa masih diam. Dia harus meluruskan semua ini. Dengan Langit.

Tak kala Dokter Yuna datang, mereka berdua pun terpaksa keluar dan keheningan menyelimuti keadaan sekitar.

"Apa yang lo sembunyiin?" tanya Angkasa tanpa berbasa-basi.

Langit tidak melihat Angkasa sama sekali. Bagaimana pun, semua ini terlalu tiba-tiba. Membuat ia mengingat kembali kenangan yang tak pernah ia ingin ingat kembali. Lalu, tentang persahabatannya dengan Angkasa, apa kedepannya akan baik-baik saja?

"Langit!"

Langit berdecak, "Kenapa?"

"Banyak yang perlu kita omongin. Terutama tentang lo dan Lavender." tegas Angkasa.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang