[Angkasa-15]

467 23 2
                                    

Yoo yang belum follow, follow yaa😁
Yang belum vote mangga gera nga-vote👍

Saat semuanya terasa begitu dekat, mengapa aku merasa ada sebuah tembok pembatas yang membatasi kita?

-
-
-

-[Angkasa]-


Seperti sedang dirundung kegelisahan, Langit tak pernah berhenti berdecak dengan pandangan lurus menghadap ke arah pemandangan orang-orang yang sedang berlalu lalang di malam yang cerah dengan bulan yang du temanin berbagai bintang yang berkelip.

"Kenapa gue gak bisa berhenti buat mikirin itu?" tanyanya kepada dirinya sendiri.

Bayangan disaat Lavender menyebut nama yang sering En katakan dulu membuatnya tak bisa berfikir jernih. Pelukan yang ia rasakan ketika Lavender memeluknya tiba-tiba membuat kepalanya berdenyut.

"Gak mungkin En itu... Lavender,"

Pertengkarannya dengan Angkasa pun menjadi alasan mengapa ia harus senekat itu. Dan jika benar Lavender adalah En, lalu apa mungkin dia akan melakukan tindakan yang selama ini tidak pernah ia pikirkan?

"Langit," itu suara Bram- Papanya yang membuatnya buyar akan lamunan yang sedari tadi menghantui pikirannya.

Kini mata keduanya saling bertubrukan, membuat Langit harus mendekat.

"Kenapa Pa?"

Bram pun berjalan ke arah balkon di ikuti Langit dari belakang.

"Ada yang mau Papa bicarakan, dan ini menyangkut kamu,"

Langit pun menatap penuh tanya, "Tentang apa?"

"Kamu masih ingat tetangga kita dulu?"

Langit mencoba mengingat namun ia tak mampu mengingat satu persatu.

"Siapa? Langit gak terlalu ingat semua."

Bram pun berbalik lalu menatap Langit dengan raut wajah yang sulit untuk di artikan.

"Lazio."


*****


"Gue udah bilang jangan ungkit masalah itu lagi!"

Terjadi pertengkaran di dalam markas Vextor. Dengan Langit yang tiba-tiba saja membicarakan hal yang sangat Angkasa benci.

Sedangkan Langit, dia terus menerus memancing emosi Angkasa.

"Lo munafik. Suka sama cewek yang lo jadiin pelampiasan. Dab cewek itu Vep! Lo keterlaluan!" gertak Langit membuat Angkasa yang tadi duduk bangkit lalu berjalan mendekati Langit dan menarik kerah bajunya.

Tidak ada siapa pun disini. Membuat mereka leluasa bersikukuh.

Sorot tajam Angkasa membuat Langit terkekeh pelan, "Lo marah. Karena lo ngerasa, benar?"

"Sialan!"

Bugh!

"Seharusnya lo yang sadar diri! Lavender itu milik gue! Dan lo gak berhak ikut campur!" bentak Angkasa yang sebelumnya berhasil membuat sudut bibir Langit mengeluarkan darah.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang