Elang - Chapter 8

1.4K 142 72
                                    

Chapter 8|

   ••••   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   ••••
   

Kini Vania masih bergelung dalam
selimutnya. Entah kenyamanan apa yang membuatnya enggan untuk bangun. Ia sesekali membuka matanya hanya untuk memastikan langit-langit kamar adalah nyata. Bukan monster menyeramkan yang selalu muncul di dalam mimpinya.

Sewaktu kecil dulu, pasti takut melihat makhluk tak berupa yang jelek. Kalau sekarang? Aneh saja. Tiap kali bertemu, tidak ada perlawanan selain berteriak dalam dunia mimpi.

Sayub-sayub ia mendengar percikan air yang terdengar tepat di kamar mandi bernuansa abu-abu. Ia melirik matanya kesebelah, tepat di tempat Elang tertidur.

Tidak ada. Mungkin sang empu lah yang tengah mandi sepagi ini. Bagaimana ia tidak merasa dingin. Bahkan diluar sedang hujan embun yang membuatnya malas untuk mandi.

Biasanya jika suasana seperti ini enaknya untuk menonton drakor kesayangannya. Namun apa boleh buat, ia harus segera untuk berangkat ke sekolah.

Setelah menyibakkan selimut, gadis itu berlari kecil menuju kamar mandi. Tangannya terulur untuk mengetuk pintu kamar mandi. Namun, saat gadis itu baru saja ingin mengetok pintu, lelaki dengan rambut basah itu lebih dulu keluar dari kamar mandi.

Sial..

Ia tak memakai atasan, atau bisa dibilang hanya melilitkan handuk dari pusar sampai sebatas lutut. Memperlihatkan perut kotak-kotaknya yang terlihat sangat jelas. Satu kata yang dapat menggambarkan sosok Elang saat ini. Sexy.

Gadis itu meringis, spontan ia langsung menutup mata menggunakan kedua tangannya. Biasanya ia melihat pemandangan seperti ini hanya di film-film luar atau foto. Namun, sekarang ia menyaksikan pemandangan itu secara nyata.

"Sialan." makinya dengan suara yang sangat kecil. Tak lupa ia juga berbalik badan untuk menghindari pemandangan bagus itu. Bisa-bisa Vania malah khilaf.

Elang menaikkan satu alisnya, "kenapa?" tanya Elang yang membuat Vania berbalik ke arah Elang.

"Astaghfirullah, kenapa gue buka lagi tangannya." gerutunya pada diri sendiri ketika ia melepas kedua tangan mungil pada matanya. Yang mengakibatkan matanya kembali leluasa untuk melihat pemandangan kotak-kotak tersebut.

"Bismillah."

Pletak..

Satu jitakan mendarat tepat di kening Vania. Gadis itu meringis ketika mendapat jitakan dari Elang.

"Sakit bego." ringis gadis itu, tangannya ia gunakan untuk mengelus-elus kening yang tak lama mendapat perlakuan buruk dari Elang.

"Eh astaghfirullah, mata gue nakal." Entah setan dari mana, tiba-tiba mata Vania kembali tertuju ke pamandangan awal.

E L A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang