Elang - Chapter 18

1.1K 98 3
                                    

Chapter 18| Si Kecil Asya

Chapter 18| Si Kecil Asya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat seorang lelaki tengah memutar rubik yang berada pada tangannya, berusaha untuk menyamakan warna disetiap incinya, padahal fokusnya tengah terbagi, ia henti-hentinya memikirkan gadisnya yang tak kunjung pulang.

Ia sudah menunggu kurang lebih 20 menit, namun gadis itu tak kunjung sampai rumah. Pikirannya melayang kepada lelaki yang tengah membawa gadis itu.

Jarak dari warung tadi dan apartemennya ini tak terlalu jauh, ia saja hanya memakan waktu 10 menit untuk sampai ke habitatnya.

Ia menatap luar jendela dengan tangan yang masih setia memutar-mutar rubik. Langit terlihat kelabu, dan terlihat air mulai terming-terming turun dari langit. Mungkin Kota Jakarta kali ini akan diguyur oleh hujan kembali.

Semakin tak tenang, lelaki itu memilih untuk mengambil ponselnya yang berada di saku celana jeans nya. Ia segera memencet room chat gadis itu.

Ia kembali memencet tanda telepon yang tercetak jelas di ponselnya. Ia type lelaki yang tak suka menunggu, jika lelaki itu mengirim chat pasti akan menunggu waktu lama untuk menerima jawaban.

"Dimana lagi si?" tanya Elang setelah teleponnya tersambung.

"Iya ini otw pulang." jawab gadis diseberang sana.

"Masih asik sama Aldo, hm?"

"Enak aja, gue nggak pulang sama Aldo ya!" gadis itu menggerutu pelan.

Vania menolak permintaan Aldo untuk tak mengantarkannya pulang, awalnya lelaki itu memaksa memberikan tumpangan untuknya, namun sebisa mungkin Vania menolak dengan alasan ia akan mampir ke rumah Zia terlebih dahulu.

Syukur lah, lelaki itu berhenti memaksa dan segera berlalu dari hadapan Vania. Dia sedikit lega, apa kata dia kalau dirinya tinggal satu tap bersama lelaki tanpa Aldo status aslinya? Bisa jadi rumit.

"Terus pulang sama siapa kalau nggak sama Aldo?"

"Sendirian lah, sama siapa lagi."

"Tapi lo nggak inget waktu, Van."

"Iya gue tau. Tapi kayaknya masih lama deh pulangnya, jadi kalau lo mau makan pesen GoFood aja dulu ya?"

"Nggak!" tolak Elang.

"Loh, kenapa engga?"

"Gue maunya makan masakan lo."

"Kemaren aja ngejelek-jelekin masakan gue...ga enak sumpah." cibir Vania sambil meniru suara Elang.

Elang sedikit melengkungkan bibirnya, penuturan menggemaskan dari Vania mampu membuat Elang tak kuasa menahan tawanya. Namun raut wajahnya kembali masam. Ini bukan waktunya untuk saling melempar  candaan.

E L A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang