Elang - Chapter 1

2.1K 181 148
                                    


Assalamu'alaikum, absen yuk!

Note : kalau ada kata typo mohon untuk tandai ya, terimakasih!

Note : kalau ada kata typo mohon untuk tandai ya, terimakasih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Di tempat yang sangat tenang, lelaki itu tampak tak peduli dengan semilir angin malam yang menyerbak rambut hitam lebat milik lelaki itu. Bulu halus di wajahnya yang sedikit terbawa angin membuat ketenangan yang ia buat sendiri.

Tidak lupa rokok yang sudah bertengger dikedua sisi jarinya. Elang bukan merupakan type cowok perokok aktif, dia merokok hanya jika ada masalah saja. Menurut dia rokok adalah pelampiasan terbaik jika dia tengah ditimpa masalah.

Lelaki itu memejamkan matanya, mencoba merenungi apa yang barusan terjadi pada ruang keluarga. Kejadian barusan memang tidak bisa dicerna oleh otak dangkal milik Elang.

Elang tengah memikirkan bagaimana nanti, ketika kehidupan barunya yang sudah diatur oleh orangtua-nya itu terlaksana.

Perjanjian konyol yang orangtua-nya buat tanpa alasan yang jelas. Mengingat kebiasaan buruk yang lelaki itu sering lakukan, membuatnya tidak percaya jika ia bisa membina keluarga kecilnya dengan gadis yang tidak ia kenal.

Elang sangat jauh dari kriteria pemimpin keluarga yang bijak. Bagaimana seorang badboy urak-urakan seperti Elang harus menjadi kepala keluarga? Ditambah lagi saat ini umurnya yang baru saja menginjak 18 tahun.

Sungguh keberuntungan sedang tidak memihak padanya.

Kini badannya ia senderkan ke tembok balkon kamarnya.

•••

Flashback on

Dikediaman keluarga Adijaya mereka memilih untuk mendudukkan dirinya di sofa. Sepertinya orangtua-nya ini akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

Elang mengernyitkan alisnya bingung. "Ada apa mamah sama papah tumben panggil aku kesini?" tanya Elang.

Perlu kalian ketahui, Elang ini memilih tinggal sendirian di apartemen miliknya, dan orangtua Elang menyetujiunya begitu saja.

Dengan lembut Bela mengelus pelan tangan kekar milik anaknya itu. Tidak lupa senyum damai milik mamahnya itu.

"Elang, sayang." Kata itu hanya dibalas deheman oleh Elang, menunggu sampai mamahnya ini melanjutkan kalimatnya.

"Kamu tau kan mamah sama papah sayang banget sama kamu?" tanya Bela kepada anaknya.

"Langsung to the point mah." Titah Elang.

"Maka dari itu Mamah sama Papah mau-" ucap Bela dengan menggantung kata-katanya.

Ardi melihat manik mata anaknya dengan saksama.

"Kamu akan segera menikah dengan anak teman Papah nak." Tidak, kali ini Ardi-Papahnya Elang yang menjawab.

Hening

E L A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang