Elang - Chapter 11

1.3K 125 100
                                    

      Pertemuan dua kepribadian seperti
    hubungan dua bahan kimia; jika terjadi
         reaksi, keduanya akan berubah

      Pertemuan dua kepribadian seperti    hubungan dua bahan kimia; jika terjadi         reaksi, keduanya akan berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                    •

                                    •

"Aww" pekik Vania.

Jari telunjuk Vania tergores oleh tajamnya pisau yang sedari tadi melekat pada tangan gadis itu, membuat luka sayatan tercetak jelas di kulit jari gadis itu. Ringisan kesakitan gadis itu keluar ketika darah segarnya mulai meluncur pelan.

"Hati-hati." tutur Elang segera memegang jari gadisnya.

"Gausah pegang-pegang." ucap Vania memberontak. Ia memaksa tangannya untuk lepas dari cengkraman Elang.

"Diem." titah Elang.

Vania masih saja tetap berusaha untuk melepas tangannya.

"Diem gue bilang!" gertak Elang.

Vania memilih untuk menurut kepada lelaki itu, ia tak memiliki energi cukup karena jika ia melihat darah sedikit pun, gadis itu sudah lemas. Belum lagi rasa sakit yang semakin menjadi-jadi disana.

Tak butuh waktu lama Elang langsung mencucup darah segar yang keluar dari jari mungil gadis-nya.

Lantas Elang langsung mengambil handsaplast di atas nakas yang tak jauh dari mereka. Mengeluarkan isinya lalu memasangkan di jari telunjuk Vania sebagai penghambat keluarnya darah.

Cup..

Elang mengecup singkat luka yang berada di jari telunjuk gadis itu, "Cepet sembuh ya lukanya." ucapnya sembari mengelus pelan luka yang sudah ditutupi handsaplast.

Vania sangat kaget di buatnya. Apalagi saat Elang bertingkah manis di hadapannya.

Rasanya seperti ada puluhan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya, huft. Vania segera menetralkan deru nafasnya yang terpacu sangat cepat.

Vania langsung mengambil tangannya yang masih berada pada tangan kekar lelaki itu. Masih dengan wajah acuhnya.

"Van, kalo gue ada salah ngomong aja, gausah di pendem." ucap Elang sangat lembut.

Vania melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Tapi ada syaratnya." ucap Vania.

"Apa?"

"Lo harus turutin semua mau gue." jawab Vania dengan entengnya.

"Gue bakal turutin semua mau lo, asal lo kasih tau kesalahan gue." ucap Elang. "Biar gue bisa perbaiki kesalahan gue."

"Oke." acuh Vania. "Tadi asik jalan bareng cewek cantik?" tanya Vania.
Elang mengernyitkan alisnya tidak paham apa maksud gadis yang ada di depannya.

E L A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang