Elang - Chapter 25

1K 88 18
                                    

Chapter 25| Alvin?

Chapter 25| Alvin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tanggal merah di kalender membuat siapa saja dianjurkan bermalas-malasan hari ini. Tetapi tidak untuk kedua pasutri yang sedari tadi sibuk membersihkan setiap sudut apartemennya.

Vania menyuruh Elang untuk ikut serta membantu dirinya membersihkan apartemen. Dihitung-hitung sudah tiga minggu pernikahan mereka berjalan, ini kali pertamanya mereka membersihkan apartemennya bersama. Biasanya hanya Vania yang membersihkan, itu pun tak keseluruhan.

Vania bertugas untuk mengintari ruangan kamar. Tangannya tak berhenti sedari tadi, untuk memunguti bungkus-bungkus jajanan yang tertinggal di lantai kamarnya. Meletakkan handuk-handuk yang biasanya Elang taruh sembarangan ke tempat semula. Ia bingung sendiri, terkadang Elang bisa rapi, namun terkadang tidak.

Terkadang Vania berfikir, apa susahnya meletakkan handuk di tempatnya ketika selesai mandi? Apa semua laki-laki memang seperti itu? Selalu semaunya sendiri.

Tangannya lincah memasukkan seragam dan baju kotor ke dalam keranjang pakaian kotor untuk segera ia cuci.

Saat tangan Vania sedang memindahkan jaket kulit yang biasa Elang pakai di keranjang kotor, ia tak sengaja menyentuh sesuatu di dalam saku jaketnya. Segera ia ambil menggunakan tangan kanannya.

"Surat?" cicit Vania pelan. Suratnya terdesain sangat cantik dengan desain warna biru muda. Dahinya berkerut, banyak pertanyaan yang mengintari otaknya. Vania akui dirinya memang orang yang kepoan, tapi ia tidak selancang itu untuk membuka barang yang bukan menjadi miliknya.

Untuk menuntaskan rasa keponya, ia berjalan menuruni anak tangga untuk menghampiri Elang yang tengah menguras kolam ikan di halaman belakang. Apartemen milik Elang memang sangat luas, tidak seperti apartemen pada umumnya. Pantas saja dirinya disebut sebagai anak sultan, sudah tak heran lagi baginya.

Matanya menangkap Elang yang tengah lihai membersihkan kolam ikan miliknya. Vania berjalan pelan mendekati Elang.

"Elang, ada surat, nih." ucapnya tiba-tiba di belakang Elang dengan tangan kanan yang sudah menyondorkan satu lembar surat tadi.

Elang menatap Vania sekilas lalu beralih menatap surat yang beberapa hari ini selalu menghantuinya. Ia memang tau siapa asal pengirim surat itu, namun dirinya tak berminat sekalipun untuk membawa isi suratnya, setelah tau siapa pemberi surat tersebut.

"Oh itu, buang aja, nggak penting!" balas Elang.

"Baca aja, siapa tau penting." titah Vania ketika menyadari surat tersebut masih tertutup rapat, ia yakin bahwa Elang belum membukanya sama sekali.

"Nggak! Males." ketusnya kembali berbalik menghadap kolam seperti semula.

"Emang dari siapa, sih?" tanya Vania yang masih memasang raut wajah bingung di belakang Elang. Kini kakinya ia langkahkan sedikit untuk mensejajarkan posisinya di samping Elang.

E L A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang