Elang - Chapter 19

1.1K 96 7
                                    

Chapter 19| Cemburu?

Chapter 19| Cemburu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dihitung sudah tiga puluh menit mereka menghabiskan waktu untuk menghibur Asya. Dari menggendongnya sampai mengajaknya mengintari seisi taman ini.

Kini Vania tengah memandang keduanya dengan senyum merekahnya. Rasa lelah terukir di wajah tampan milik Elang. Keringatnya sudah bercucuran bebas.

Vania melangkahkan kakinya menuju penjual permen kapas yang berada tak jauh dari posisinya saat ini, meninggalkan kedua manusia yang masih asik bermain.

Ia berniat membelikannya untuk Asya, karena ia tahu anak seusianya pasti menyukai permen kapas. Vania mengeluarkan lembaran uang untuk membayar, lalu kembali mendudukkan tubuhnya ke posisi semula.

"Asya, sini dulu." teriak Vania memanggil anak kecil yang masih berada dalam gendongan Elang.

Mau tak mau Elang menghampiri gadis itu, "Kenapa kaka cantik? Mau ikut digendong juga sama om El?" ucap Asya polos.

"Enggak dong, ntar yang ada kaka jatoh." ucapnya sambil terkekeh pelan.

Elang segera berjongkok lalu menurunkan Asya dari gendongannya, merasa Asya yang sudah turun dari gendongannya Elang kembali berdiri.

"Nih, kaka beliin permen kapas buat kamu, suka?" ujar Vania menyondorkan permen kapas yang masih terbalut plastik.

"Kaka cantik baik banget, tau aja Asya suka permen kapas." Asya menerima permen kapas tersebut lalu duduk di samping Vania.

"Jangan banyak-banyak ya, nanti gigi kamu jelek jadinya." ucap Elang yang sudah berjongkok di hadapan Asya untuk kenyamanan tingginya.

"Om El bohong." gerutu Asya.

"Beneran ini, dulu waktu kecil om juga suka makan permen kapas, eh lama-lama giginya gupis, Asya mau kaya gitu?" tanyanya dibalasi gelengan oleh Asya.

"Serius lo Lang? Kenapa nggak gupis aja si sekarang." ucap Vania dengan nada kecewa.

"Nadanya jangan kecewa gitu, kalau gue gupis ntar yang ada lo malu punya cowok kayak gue."

"Dih, emang lo cowok gue?" tanya Vania.

"Enggak si, suami lebih tepatnya."

Dari pada membalas ucapan Elang yang tak ada faedahnya, Vania memilih untuk kembali mengajak bicara Asya. Biarkan saja perkataan Elang tak mendapat jawaban darinya.

"Kaka cantik mau?" tanya Asya menyondorkan potongan permen kapas tersebut.

"Enggak buat Asya aja."

Saat Asya masih tenang menyantap permen kapasnya tiba-tiba saja suara nyaring terdengar di telinga ketiga manusia tersebut. Suara yang bergema untuk memanggil nama Asya.

E L A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang