Elang - Chapter 20

1.2K 96 5
                                    

Chapter 20| Tertangkap Basah?

Chapter 20| Tertangkap Basah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara klakson sangat memekakkan telinga, banyak lalu lalang kendaraan yang berdecak kesal, bahkan sampai mengumpat. Jalan Ibu Kota kembali dipadatkan oleh lalu lalang kendaraan di lampu merah.

Membuat gadis yang tengah membonceng pun berdecak kesal. Ia kembali di suguhkan dengan hal seperti ini, setelah dirinya terkena macet siang hari tadi.

Dan sedari tadi pula, pasutri ini sama-sama masih bungkam, tak berkutik sedikit pun.
Membuat gadis ber iris coklat ini merasa bosan dengan keheningannya.

Sudah biasa gadis inilah yang selalu membuka pembicaraan terlebih dahulu, "Elang, nanti mampir ya ke warjok deket sini." ucapnya memohon.

Lelaki itu mengeryit dibalik helm yang ia kenakan, "bukannya tadi lo udah makan sama Aldo?" tanya lelaki itu mengintrogasi.

"Iya, tapi perut gue demo lagi."

"Pantesan gemuk." sarkas lelaki itu tiba-tiba.

"Enak aja lo, gini-gini gue body goals tau nggak!" pekiknya tepat di depan daun telinga lelaki itu.

"Oh." jawabnya singkat.

"Dasar, irit bicara." bisiknya dengan suara pelan.

"Terserah gue." alih-alih menjawab, Vania malah mencibir lelaki itu.

"Elang, please ya, turutin mau gue." ucapnya kambali membalikkan topik.

"Apa untungnya gue nurutin mau lo?"

"Nih ya gue kasih tau, sebagai suami yang baik, lo itu harus nurutin apa maunya istri."

"Kenapa gue harus banget nurutin mau lo? Kalo lo aja nggak pernah kasih apa yang harus gue dapet." ucapnya terdengar sedikit ambigu.

Seolah mengerti arah pembicaraan Elang, seketika pupilnya membesar, membulat sempurna. Segera ia daratkan pukulan sekeras mungkin tepat di bahu kokoh lelaki itu. Membuat empunya meringis kecil.

"Ssttt..."

"Sakit bego." ucapnya diiringi dengan ringisan, ia mengelus pelan bahu yang menjadi sasaran amukan Vania.

"Lagian lo kalo ngomong suka sembarangan." ucapnya dengan nada tak suka.

"Omongan gue nggak ada yang salah, lo aja yang salah mengartikan omongan gue."

Vania merutuki kebodohannya. Ia sudah sukses dibuat malu di depan lelaki itu. Jangan salah kan Vania, salahkan saja otaknya yang tak bisa berjalan lurus.

Dalam spion motornya ia dapat melihat wajah Vania yang terekspor sangat jelas disana, gadis itu terlihat tengah mencibir dirinya. Bisa dipastikan, pemandangan itu tak luput dari netranya saat ini.

E L A N G Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang