Sudah lebih dua jam gadis itu mondar mandir di dalam kamarnya. Anggun sama sekali tak mengizinkannya untuk keluar. Tepatnya, Anggun mengurung Alora lantaran tak ingin ada yang melihat keberadaan Alora.
Sebenarnya ini sudah biasa bagi Alora setiap tahunnya. Setiap memperingati hari ulang tahun Elora. Ah, bukankah mereka lahir bersama? Tapi sepertinya itu tidak berlaku lagi bagi Alora. Tak ada seorangpun yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya.
Alora bisa mendengar ramai orang yang mulai berdatangan mengisi rumah mereka.
Nyanyian dari ruang tamu sudah mulai terdengar. Alora terduduk di belakang pintu kamarnya dan ikut bertepuk tangan dengan pelan. Mulutnya juga ikut membesikkan nyanyian happy Birthday.
"Happy birthday to you ...."
"Happy birthday to you ...."
Kala mereka berdoa bersama sama, demikian jugalah yang dilakukan Alora di dalam kamarnya.
"Sweet seventeen, Alora," bisik Alora pada dirinya sendiri.
Semua orang bertepuk tangan bahagia disana, Alora bertepuk tangan terluka. Mereka tertawa dan Alora menangis.
"Terimakasih sudah menjadi kuat sampai hari ini. Tetap seperti ini ya, kita harus bisa hidup," lanjut Alora.
"Alora!"
Alora hampir jantungan saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia mencari cari asal suara itu dan langsung mengibaskan gorden dan menemukan wajah Dehan yang sudah menempel pada kaca. Alora tertawa pelan. Ia membuka jendela untuk mempersilahkan Dehan masuk.
Dehan menggeleng. "Bisa bisa gue khilaf. Mending keluar aja nyari angin."
Alora menoleh ke pintu lalu menoleh ke Dehan lagi. "Gue takut dimarahin," jawabnya.
"Mereka berpesta sedangkan lo kaya gini? Mereka lupa sama lo sekarang. Ayo," ujar Dehan meyakinkan.
Benar, mereka tidak akan ingat akan Alora. Dengan dibantu oleh Dehan, Alora berhasil keluar dari jendela yang tak terlalu besar itu.
Alora berjalan dengan pelan mengikuti Dehan. Takut takut ada yang melihat mereka.
Alora bernafas lega saat sudah sampai di balik tembok besar perbatasan dengan rumahnya.
"Tau dari mana kalau di rumah gue lagi adain acara ulang tahun?"
"Nyokap bokap gue juga dateng kesana. Apalagi nyokap gue juga sahabatan gitu sama nyokap lo, jadi nyokap gue tau semua, termasuk tentang lo cewe kuebiko," ujar Dehan menjelaskan. Ia berjalan dan diikuti oleh Alora yang sudah ber oh ria.
"Jadi kita mau kemana?" Tanya Alora mendongak.
Dehan tampak menimang nimang. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kalung dengan pandul kupu kupu.
"Happy birthday my grandma," ucap Dehan mengangkat kalung tersebut di depan wajah Alora.
Alora mencubit perut keras lantaran Dehan menyebutnya sebagai nenek membuat Dehan mengaduh kesakitan.
Alora merampas kalung yang dupegang oleh Dehan. "Buat gue? Cantik banget!"
Dehan kembali merampas kalung tersebut. "Lo nggak mau jadi nenek gue, ya udah kalungnya juga nggak gue kasih."
"Apa banget begitu. Siniin! Kalau udah dikasih jangan diminta lagi!" Protes Alora.
"Terserah gue lah kan gue yang beli," jawab Dehan tak mau kalah. Alora menatap Dehan kesal, ia juga memanyunkan bibirnya.
Dehan menarik bahu Alora membuat Alora berhadapan dengannya. Lalu ia mengenakan kalung di leher Alora.
"Selamat ulang tahun, grandma. Tetap jadi orang kuat!"
Alora masih menatap Dehan kesal, namun ia juga berusaha untuk tidak tersenyum. Kali pertama ada cowok yang mau memberi perhatian padanya.
"Gitu doang ngambek," ujar Dehan membawa bahu Alora ke dalam dekapannya.
"Makasih ...."
"Berapa sekarang?"
"Apanya?" Tanya Alora.
"Umur."
"Tujuh belas," jawab Alora tersenyum.
Dehan mengacak rambut Alora. "Udah gede sekarang, bentar lagi urus KTP terus nikah sama gue."
Alora mendongak.
"Jangan baper! Lo itu adik gue sekarang," ujar Dehan mengingatkan.
"Iya iya."
Dehan tertawa mendengar ucapan Alora yang terkesan terpaksa. Sekarang mereka berdua berjalan melewati jalan yang cukup sepi sambil tertawa. Hanya ada satu mobil hitam yang berhenti disana karena memang jalan itu jalan perumahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora [TERBIT ✔]
Teen FictionBelum revisi, revisi versi cetak. ❕FOLLOW DULU. Judul awal : Bukan Kuebiko "Ma, Alora pusing dan terus mimisan. Bisa bawa Alora ke rumah sakit sebentar?" "Pa, aku ulang tahun. Bisakah peluk aku sekali saja?" "Elora, kita kembar, bukan? Bisakah g...