Selamat pagi!
Selamat siang!
Selamat sore!
Selamat malam!Siapa yang nunggu prolog dari "Alora" ?
Absen sesuai asal kota kalian yuk!
Jangan lupa untuk rekomendasikan cerita "Alora" ke teman teman dan keluarga kalian ya!
Siap membaca? Okay GO!🔥
***
Dentingan jam loker berhasil membangunkan gadis dengan rambut panjangnya pada pukul empat pagi. Ia harus melakukan kegiatan rutin sebelum ia berangkat ke sekolah.
Alora berjalan tertatih menuju kamar mandi yang tersedia di kamarnya. Karya tangannya tadi malam berhasil membuat kaki mungil itu pincang hari ini. Ia segera membasuh wajahnya, mengikat cepol rambutnya dan segera bergegas keluar dari kamar mandi.
Alora membuka pintu kamar, mata cokelat pekat itu tertuju begitu saja pada satu pintu bertuliskan Elora Jessyn. Kepala Alora langsung tertunduk saat gagang pintu kamar Elora, saudara Alora, terbuka dan keluarlah sesosok gadis cantik yang sedang mengucek matanya. Elora menatap Alora yang sedang tertunduk.
Alora bukan Elora, begitupun sebaliknya. Kisah Alora bertolak belakang dengan kisah Elora. Elora adalah berlian bagi Anggun dan Adam, orang tua kedua gadis itu. Sedangkan Alora, ia hanya serpihan debu dimata orang tuanya sejak dulu.
Setiap pagi Alora bangun dan bergegas ke dapur guna untuk menyiapkan sarapan, diwaktu yang sama Elora bangun dan pergi ke dapur untuk meminum susu. Alora menyiapkan sarapan dimeja makan, sedangkan Elora menikmati masakan Alora sambil menonton televisi. Elora diantar jemput oleh kedua orang tuanya saat sekolah, sedangkan Alora harus mengayuh sepeda membelah embun dan menyapa dingin yang menusuk.
Dikandung oleh wanita yang sama tapi mengapa kehidupan sangat berbeda?
Alora menyiapkan sarapan dengan telaten, sesekali ia meringis saat pergelangan tangan nya yang terukir goresan disana tak sengaja mengenai air.
***
Alora meletakkan masakannya dimeja makan yang mana kedua orang tua serta Elora sudah duduk dengan tenang disana. Alora menarik kursi kosong yang bertengger disamping Elora dan hendak duduk.
"Ngapain lo?" tanya Elora sengit sambil mengambil sendok.
"Makan," jawab Alora seadanya.
Adam meletakkan sendok pada piring didepannya dengan tiba tiba membuat dentingan keras menusuk telinga Alora.
"Siapa yang suruh kamu duduk disini?" tanya Adam geram menatap Alora.
Alora mendongak. "Alora pengen sesekali makan bareng kalian, pah."
"Jangan panggil saya dengan sebutan itu! Kamu bukan anak saya!"
Lagi lagi Alora harus melatih hatinya, melatih mental dan tubuhnya. Ia harus benar benar kuat agar hatinya tak hancur, kata-kata sang Ayah sudah menjadi makanan sehari hari bagi Alora. Namun sesering apapun ayahnya mengucapkan kalimat tersebut, rasanya tetap sama. Sangat menyakitkan. Tak ada yang berubah, hatinya tetap keluh perihal ucapan seorang ayah.
"Pindah!"
Alora segera bergegas bangkit dari duduknya, tangan mungil itu terulur untuk mengambil satu piring nasi goreng yang tadi ia masak.
"Jangan ambil! Gue masih kurang, sana masak mie instan aja buat lo!," cela Elora mengambil piring yang hendak diambil oleh Alora. Alora mundur, ia menghela napasnya lalu kembali menuju dapur.
Setelah berkutat dengan masakan, kini Alora sedang berusaha menghabiskan mie instan dan sedikit nasi dengan terburu buru. Ia yakin bahwa ia akan terlambat. Lantaran Elora menyuruh Alora memasak mie instan padahal tak ada stok sama sekali di dapur. Alhasil Alora harus pergi ke warung untuk membeli Mie instan.
Ditambah Elora menyuruhnya ini itu dari tadi. Setelah Alora menghabiskan makanannya, ia buru buru mengganti pakaian rumahnya menjadi seragam sekolah. Ia sama sekali tak memiliki waktu untuk mandi, gadis itu mulai mengayuh sepeda birunya.
***
Jika kalian suka, tolong tinggalkan jejak berupa vote dan komentar yang mendukung!
Ok see next time!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora [TERBIT ✔]
Teen FictionBelum revisi, revisi versi cetak. ❕FOLLOW DULU. Judul awal : Bukan Kuebiko "Ma, Alora pusing dan terus mimisan. Bisa bawa Alora ke rumah sakit sebentar?" "Pa, aku ulang tahun. Bisakah peluk aku sekali saja?" "Elora, kita kembar, bukan? Bisakah g...