Bab 1 - Terlambat

2K 279 26
                                    

Hai, apa kabar semua?

Penasaran dengan kelanjutan kisah Alora?

Absen dulu yuk sesuai pukul berapa kamu baca part ini!

Adakah yang mengalami hal sama seperti yang Alora alami dibagian prolog sebelumnya?

Siap untuk membaca?

***

Desiran angin tipis menyentuh permukaan kulit Alora. Menikmati gesekan yang angin itu lakukan pada kulit Alora. Seperti sengaja agar Alora kembali merasakan pedih tepat pada lukanya yang belum kering seutuhnya. Tak peduli sedingin apapun cuaca pagi ini, Alora sudah peluh oleh keringat.

Keringatnya sudah bercucuran sejak tadi. Bukan hanya karena lelah mengayuh sepedanya menuju sekolah, tapi Alora juga takut karena ia sudah pasti akan terlambat. Alora semakin keringat dingin mengingat guru yang terkenal galak itulah yang akan menyapa mereka pada jam pertama.

Alora semakin mengayuh sepedanya kuat, lupa akan luka di kakinya. Benar saja, ketika Alora sampai di depan sekolahnya satpam yang bertugas menjaga gerbang sudah benar benar menutup gerbang sekolah.  Pilihannya hanya dua, pulang atau tetap melanjutkan langkahnya. Jika Alora pulang, apa yang akan ia katakan pada kedua orang tuanya? Berkata bahwa Alora telat dan takut dihukum? Atau Alora tiba-tiba sakit perut? Itu akan menambah masalah baru bagi Alora. Jadi Alora akan memilih option kedua? Melanjutkan langkahnya dan menyiapkan mentalnya untuk bertemu guru dingin itu?


Alora menatap sekali lagi pada satpam yang sudah duduk santai di kursinya lalu turun dan mengiring sepeda birunya mendekati satpam tersebut.

"Telat, lagi?" Tanya satpam tepat sasaran. Alora mengangguk. Satpam dengan nama Suharno itu membuka gerbang untuk Alora. Ia manatap Alora lalu menggeleng. Ia mengambil pena dari dalam saku celananya dan menulis nama Alora dalam sebuah buku. Itu sudah menjadi kebiasaan bagi Alora. Namun ini pertama kalinya ia akan berhadapan dengan pak Reno, guru bahasa inggris yang galak.

***

Jemari Alora berkutat saling meremas berusaha untuk menghilangkan rasa gugub dan takut yang sudah melanda. Sejak tadi keringat masih setia bercucuran dari kening putih Alora. Juga, kulit putihnya sudah lembab oleh embun.

Dengan satu tarikan nafas, Alora berhasil mengetuk pintu dan menarik semua pandangan mata seluruh kelas menatap ke arahnya tak terkecuali Reno, guru bahasa inggris yang juga menatap Alora.

"Maaf, pak, saya terlambat," ujar Alora gemetaran. Banyak yang bilang Reno sangat gemar memberi hukuman. Bersiaplah dengan kejutan yang akan guru bahasa inggris itu berikan.

"Duduk!"

Kepala Alora mendongak, benarkah Reno menyuruhnya duduk? Alora tak akan dihukum?

"Tuli?"

Alora yang menatap tak percaya pada Reno, dengan cepat memasuki kelas dan duduk dibangku miliknya. Reno yang masih menatap Alora, membuat Alora gugup sendiri.

Pelajaran berlangsung dengan serius. Percayalah, ketika kamu tidak suka dengan sesuatu, hal itu akan terasa berlangsung sangat lama. Begitu juga dengan pelajaran bahasa inggris yang dibawakan oleh Reno. Bukannya materi tersebut terlalu monoton atau tak seru, tapi memang adanya Reno membuat seluruh kelas terasa sepi. Tak ada yang berani mengeluarkan suara saat Reno berbicara. Tak ada yang berani melakukan ini itu saat Reno menjelaskan materi didepan.

Reno Abisean, pria yang cukup membuat siswi siswinya berdesir. Bukan hanya tentang ketegasannya dalam mengajar, namun guru satu itu memang memiliki ketampanan diatas rata-rata. Tak ayal teman sesama guru juga ada yang secara terang terangan mendekati Reno. Pria dengan nama belakang Abisean itu juga dikenal sebagai balok teacher. Para siswa siswinyalah yang memberi gelar itu pada Reno lantaran Reno termasuk orang yang dingin, tertutup serta tak terlalu mempedulikan orang lain.

Kembali pada Alora yang tengah sibuk melukis didalam bukunya. Larat, Alora hanya mencoret coret buku catatan miliknya tanpa sadar, ia melamun. Bahkan ketika Reno mengucapkan namanyapun Alora seakan sudah tuli.

Satu pukulan keras pada meja Alora berhasil membuat gadis dengan rambut cokelat panjang itu terkejut. Hampir saja ia berteriak.

"Tuli?" tanya Reno tajam. Alora yang sempat mendongak pun langsung tertunduk.

"Pulang sekolah temui saya!"

Reno keluar begitu saja saat mendengar lonceng pertanda istirahat. Murid murid pun sudah terbiasa dengan sikap Reno yang bodo amat. Ia hanya perlu melakukan tanggung jawabnya, bukan?

***
Jangan lupa tinggalkan tanda bintang dan komentarnya ya^^

Alora [TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang