Hallo!
Gimana kabarnya?
Absen dulu yuk sesuai domisili kalian!
Siap untuk membaca?
Bacanya pelan pelan biar lama, xixixi.
Harap bantu benarkan typo ya! ^^
***
Alora mengantarkan Reno ke apartemen yang sempat Alora injak kemarin. Tak terlalu jauh dari halte bus tempat Alora duduk tadi.
Alora membantu membuka sepatu hitam Reno yang sudah terduduk di sofa dengan lemas. Dengan telaten Alora membenarkan posisi Reno agar tertidur di sofa panjang tersebut.
Setelah selesai, Alora berdiri dan hendak pergi meninggalkan Reno.
"Kemana?" tanya Reno dengan mata terpejam.
"Eh anu pak, saya mau-"
"Panggil gue Sean aja kalau bukan di sekolah," potong Reno. Alora menoleh, matanya terbelalak tak percaya mendengar suara serak Reno melontarkan kata kata yang tak biasa. Biasanya Reno selalu berbicara formal dengan siapa pun, tapi kali ini bahkan Reno blak blakan menyuruh Alora memanggilnya dengan sebutan Sean, bahkan dengan embel embel gue.
"Sean?"
"Duduk!" suruh Reno sembari membenarkan posisinya.
Alora mengikut saja, ia duduk di sofa mini di samping sofa yang tengah Reno kenakan.
"Gue, Reno Abisean. Jangan terlalu formal kalau bukan di sekolah," ujar Reno yang masih setia memejamkan mata.
"Tapi apa nggak apa apa kalau saya panggil nama langsung sama guru?" tanya Alora ragu.
"Umur lo?" Reno balik bertanya, ia menoleh menatap Alora.
"Enam belas tahun," jawab Alora memalingkan wajahnya ketika tak sengaja mata mereka berpapasan, lagi.
"Cuma beda tiga tahun."
Alora mengangguk angguk, sebenarnya ia tak paham dengan perkataan Reno, tapi mengingat Reno masih dalam keadaan mabuk, Alora mengurungkan niatnya untuk mengoceh.
"Kalau begitu Alora pamit ya," ujar Alora berdiri.
"Pagi pagi ngapain di halte?"
"Pengen aja cari angin," jawab Alora tersenyum.
Reno bangkit dari tidurnya. "Ok, makasih udah bantu," kata Reno, tak ada senyuman sama sekali.
Alora mengangguk. "Permisi, pak."
***
Sudah lebih dari sepuluh bus yang melewati halte dari semenjak Alora duduk di sana. Bahkan beberapa orang menatap Alora heran lantaran Alora masih saja duduk di halte dari tadi pagi sampai hampir jam satu siang.
Alora sendiripun malu mendapati banyak tatapan terhadapnya. Tapi ia tak tahu harus bagaimana. Uang Alora sudah ludes dihajar pencuri dan sekarang perutnya sudah sangat lapar. Tadi setelah pergi dari apartement Reno, Alora mampir disebuah toko untuk membeli air mineral dan hendak pergi ke rumah makan. Belum sempat Alora menyeberangi jalan raya, uang yang hendak ia masukkan kedalam saku langsung dibawa lari oleh satu orang pria bertopi.
Ingin pulang rasanya tak mungkin, pergi ke rumah makan tanpa uang? Yang ada Alora akan diusir mentah mentah. Alora hanya bisa duduk di halte yang setidaknya cukup membuatnya terhindar dari paparan sinar matahari.
Jalanan semakin padat dengan kendaraan yang berlalu lalang. Mengingat hari ini adalah hari minggu, pasti banyak orang akan menyempatkan diri untuk berlibur bersama keluarga atau teman temannya.
Alora tertunduk meratapi nasibnya. Ia tak tahu harus bagaimana, dirinyapun tak berani untuk melawan.
"Nyari angin siang siang bisa bikin sakit," ujar seseorang yang baru saja duduk di samping Alora. Alora menoleh mendengar suara yang tak asing bagi telinganya. Reno tengah meneguk air mineralnya, manik matanya terarah untuk menatap Alora.
"Kenapa? Mau?" tanya Reno menyodorkan botol air minumnya. Alora menggeleng.
"First kiss gue ditolak," tambah Reno membuang botol tersebut. Alora menoleh cepat, bagaimana guru killer ini bisa bicara selancang ini?
"Apa? Mau first kiss gue?"
Alora menggeleng cepat. Otaknya masih tak mencerna bagaimana sifat asli guru bahasa inggris nya ini.
Ibarat sepasang kekasih yang duduk di taman dengan pemandangan didepan, bukan begitu keadaan Alora dan Reno saat ini. Tak ada taman, tak ada pemandangan indah dan tak ada sepasang kekasih. Hanya ada dua orang manusia berbeda gender tengah duduk di halte bus dengan kendaraan macet dan polusi dimana mana. Alora masih setia tertunduk, sedangkan Reno memandang lurus kedepan. Entah apa yang menjadi titik fokus pandangan pria itu.
"Perihal ucapan gue tadi pagi, lo kenal Gladis?" tanya Reno menolehkan kepalanya ke arah Alora.
Alora pun ikut menoleh dan mengangguk.
"Dia cinta pertama gue," lanjut Reno meluruskan pandangannya kembali.
"Berikan gue satu tamparan agar gue paham bahwa gue bukan siapa siapa dimata Gladis."
Satu tamparan keras berhasil lolos menyentuh lengan Reno, sedangkan yang ditampar memekik kaget sambil mengusap lengannya.
"Salah gue apa sama lo?" tanya Reno seakan tak percaya dengan apa yang barusan Alora lakukan.
"Katanya tadi tampar," jawab Alora merasa bersalah. Ia tersenyum canggung.
***
Cmiww jangan lupa vote, komen dan share ke teman teman kalian ya!
@Putripcy8Lsa
@Manthaa_graphic*
*
*
💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora [TERBIT ✔]
Teen FictionBelum revisi, revisi versi cetak. ❕FOLLOW DULU. Judul awal : Bukan Kuebiko "Ma, Alora pusing dan terus mimisan. Bisa bawa Alora ke rumah sakit sebentar?" "Pa, aku ulang tahun. Bisakah peluk aku sekali saja?" "Elora, kita kembar, bukan? Bisakah g...