Sudah satu minggu lebih Alora diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Selama Alora berada di rumah sakit, Alora sama sekali tidak merasa kesepian karena orang orang itu sekarang selalu berada di sisi Alora.
Setidaknya Alora sudah mulai menemukan titik bahagianya. Semoga ini bukan tipuan dunia lagi.
Jika Elora ada keperluan dan tidak bisa menjaga Alora, ia akan menghubungi Dehan maupun Reno. Elora pun sering menciduk Reno tengah menatap dalam kepada Alora. Elora yakin bahwa guru yang Alora sebut guru bahasa inggris itu benar benar menyukai Alora.
Elora sendiri bingung dengan sikap Dehan. Dehan sering mengiyakan untuk menjaga Alora tapi beberapa kali Dehan malah membatalkannya. Ia bersikap peduli tapi juga seolah mengabaikan. Hal itulah yang membuat Elora penasaran dengan seorang Dehan. Kalau pun Dehan datang untuk menjaga Alora, ia selalu saja mendapat telepon dan mengharuskannya pergi dengan tiba tiba.
Mengingat Anggun, wanita paruh baya itu masih tetap menaruh benci kepada Alora. Jika Elora tidak ada di rumah, Anggun masih saja memperlakukan Alora layaknya babu.
Alora yang duduk di sofa tersenyum memandangi ponselnya. Ada saja hal konyol yang Reno katikkan dalam pesan pribadinya kepada Alora. Kadang juga Reno berhasil membuat Alora merona dan memelihara kupu kupu di dalam perutnya. Entahlah, Alora merasa nyaman atas kehadiran guru bahasa inggrisnya itu.
"Senyam-senyum terus, jadi nggak nih shopping-nya?"
Alora menoleh malu mendengar sindiran Elora.
Alora bangkit dari duduknya. "Ayo."
"Itu si guru galak atau si sahabat aneh?"
Alora hampir tertawa mendengar pertanyaan Elora yang menyebut Reno sebagai guru galak dan Dehan sebagai sahabat yang aneh.
"Diincar dua cowok sekaligus gimana rasanya?" Tanya Elora menyenggol lengan Alora.
"Apaan sih?"
"Cie udah ngerti malu malu kucing."
"Jadi pergi nggak? Kalau nggak gue mau bersemedi," protes Alora karena Elora terus menjahilinya.
Elora tertawa terbahak mendengar ancaman Alora. Ia mengangguk di tengah tengah tawanya dan menarik tangan Alora untuk memasuki mobil.
Anggun yang sedari tadi duduk di ruang televisi menatap kesal ke arah Alora. Alora berhasil menyita perhatian Elora dan membuat Elora seperti mengabaikan ibunya sendiri. Anggun sama sekali tak tahan.
Mobil sport yang dikendarai oleh Alora dan Elora sudah terparkir rapi di parkiran luas milik sebuah mall besar. Elora menarik tangan Alora karena Alora masih saja menatap sekeliling isi mall dengan takjub.
"Ayo, mau liatin sampai mall-nya tutup?"
Alora terkekeh pelan dan mengikuti langkah Elora.
Alora sudah sangat lelah berkeliling sejak tadi tapi Elora masih saja mengajaknya membeli ini itu. Alora menganga tak percaya melihat harga dari barang barang yang mereka beli. Bahkan tabungan Alora selama satu bulan tidak akan cukup untuk membeli satu barang saja.
Alora mendengus karena Elora terus mengajaknya mengelilingi isi mall. Alora jadi malu sendiri saat tadi ia hampir terjatuh saat menaiki tangga berjalan.
Elora menyodorkan sebuah dress hitam dan mencocokkannya pada tubuh Alora.
"Lo kelihatan sempurna!" seru Elora antusias.
"Cocok?"
Elora segera mengangguk. "Pakai ini pas acara penting!"
Setelah memilih beberapa dress untuk Alora dan dirinya, Elora mengajak Alora menuju tempag kosmetik. Hal itu membuat Alora menguap lebar. AC sudah sangat membuat matanya sakit. Alora memang tidak terbiasa dengan itu.
"Masih lama?"
"Kosmetik yang terakhir. Gue nggak mau lo kalah saing sama kecantikan gue," balas Elora membanggakan diri. Alora menatap malas ke wajah Elora membuat Elora tertawa. Tak lama Alora malah ikut tertawa.
Satu poin, Alora mendapat kebahagiaan dari saudaranya. Next poin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora [TERBIT ✔]
أدب المراهقينBelum revisi, revisi versi cetak. ❕FOLLOW DULU. Judul awal : Bukan Kuebiko "Ma, Alora pusing dan terus mimisan. Bisa bawa Alora ke rumah sakit sebentar?" "Pa, aku ulang tahun. Bisakah peluk aku sekali saja?" "Elora, kita kembar, bukan? Bisakah g...