Bab 3 - Tuan Putri dan Pelayan

1.4K 246 5
                                    

Hallo semua!

Gimana lebarannya?

Pada bisa mudik gak nih?

Siapa yang gak dapet thr?

Lebarannya kumpul bareng keluarga atau malah asik rebahan sendiri?

Yuk lanjut! Jangan lupa vote dan komentar nya yaa!💙

***

Gadis itu benar benar lelah dengan hidupnya. Tak ada yang berubah, ia tak bisa melakukan apapun untuk menghentikan semua ini. Apakah dirinya akan seperti ini sampai yang kuasa memintanya untuk kembali?

Alora tengah merebahkan tubuhnya di atas kasur kecil. Ia melamun menatapi langit langit kamar yang bernuansa abu abu. Gelap sudah hidup Alora yang berada dalam penderitaan. Tak ada kebahagiaan dan kasih sayang. Ia hanya mendapatkan luka dari keluarga, teman bahkan dirinya sendiri.

Dada Alora semakin sesak kala otaknya meminta agar ucapan ucapan yang terlontar dari mulut keluarganya kembali berputar di otak kecil itu.

Satu pukulan mendarat di dada Alora. Bukan tangan lain melainkan tangannya sendiri. Lagi, lagi dan lagi. Alora semakin tak karuan memukul dadanya yang kian lama kian terasa sakit, berharap pukulan yang ia berikan dapat menghilangkan nyeri di dalam hatinya.

Bukannya semakin lega, Alora malah semakin tersiksa. Tak ada gunanya jika ia memukul hati yang jelas jelas sudah terluka parah. Hati itu semakin menunjukkan keretakan.

Alora menyerah. Ia tak lagi berusaha memukul dadanya. Alora menoleh ke arah meja nakas, ada dua buat apel yang ia bawa dari dapur tadi.


Alora mengulurkan tangan, bukan hendak mengambil apel melainkan pisau. Ia menatapi pisau tersebut beberapa menit. Meletakkan pisau tersebut di genggaman tangan kanannya. Alora mengeratkan genggamannya pada pisau secara perlahan. Alora memejamkan mata, menikmati sentuhan pisau yang mulai merobek kulitnya.

Ia tersenyum. Rasa lega yang didapat semakin membuat Alora mengeratkan genggamannya pada pisau. Darah pun menetes menyentuh kasur.

"Enak banget ya! Udah enak enak dikasih tumpangan, kerjanya juga cuma rebahan. Emang bener gak tau diri!"

Alora terbangun dan menyembunyikan tangan kanannya dibelakang saat mendengar suara Anggun, ibunya.

"Udah jam berapa ini? Males banget jadi orang!"

"Alora cuma istirahat bentar, Ma. Barusan Alora udah kerja beresin halaman belakang."

"Cuma nyapu-nyapu gitu kamu bilang kerja? Otak kamu dimana?"

"Ma, apa salahnya sih kalau Alora istirahat sebentar? Alora capek ma, gantian dulu sama Elora. Dari tadi Elora di kamar nggak ada bantu bantu."

"Bayangkan aja Elora itu tuan putri dan kamu adalah pelayan! Memang itu nyatanya!" Anggun melemparkan beberapa lembar uang lima puluh ribu dan sebuah kertas. "Ambil! Pergi beli apa yang ada di kertas itu!"

Alora beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil uang serta kertas yang Anggun lempar. Tangan kanannya masih setia berada di belakang.

Alora [TERBIT ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang