Sudah 5 menit lamanya Yeji harus
dihukum di luar. Walau terbilang sebentar
rasanya sangat melelahkan, apalagi
dengan satu tangan yang memegang
telinga dan satu kaki yang harus diangkat.
Rasa kesal yang ada dimuka Yeji tidak
bisa di sembunyikan lagi. Setelah di
beritahu oleh guru, ternyata laki-laki itu
adalah anak baru. Guru berkata anak baru
itu terlambat karena rumah nya yang
sangat jauh, jadi masih bisa di mengerti.
Kalau tidak salah namanya adalah Lee
Jeno. Dia anak pindahan dari sebuah
sekolah yang cukup ternama di Korea,
bahkan Yeji sendiri pun tidak mengetahui
nama sekolah itu. Yeji menghentakan
kakinya dan lebih memilih untuk duduk,
lagipula tidak akan ada orang yang
melihat karena ini masih jam pelajaran.
"Membosankan." Yeji menggerutu kesal
dan menaruh mukanya di tumpuan kedua
tangannya.
"Yeji noona." Yeji agak tersentak dan
langsung menoleh ke arah orang yang
memanggilnya. Dengan perasaan marah
dia memukul kepala orang itu. "Yak!
Jangan memanggilku noona, dasar orang
tua." protes Yeji. Dia menyipitkan matanya
dan menatap tajam ke arah orang itu.
Orang itu terkekeh kecil. "Maafkan aku,
bagaimana kalau kita ulang." pintanya.
Dia langsung membenarkan posisi
duduknya. Lalu kembali menatap Yeji
seakan itu adalah pertemuan pertama
mereka."Yeji-ssi." ucapnya. Mata kucing
Yeji tersenyum "Nee, Jaehyun oppa."
Jung Jaehyun. Laki-laki berusia 27 tahun.
Mempunyai badan jangkung, warna mata
cokelat tua, dan rambut hitam gelap,
visualnya dapat dibandingkan oleh Jeno
yang 11 12.
"Aku membawakanmu sebuah surat,
bukalah saat sudah sampai di rumah."
ucapnya. Jaehyun memberikan Yeji
sepucuk surat. Yeji mengangkat sebelah
alisnya bingung dan menerima surat itu.
Dia terus meraba-raba seluruh amplop
surat yang terlihat masih memakai
model lama. Lalu Yeji kembali menatap
Jaehyun "Dari siapa?"
Jaehyun hanya tersenyum, lalu berkata
"Pokoknya setelah pulang sekolah kau
harus datang ke tempat yang surat ini
tuliskan. Nyawaku jadi taruhannya. "
Yeji tertawa pelan "Kau ini sudah mati.
Bagaimana bisa hantu sepertimu masih
memiliki nyawa." Jaehyun menggaruk
kepalanya dan tersenyum menyeringai.
Lalu, dia menggenggam tangan Yeji
dengan erat. "Intinya jangan bikin aku
mati untuk kedua kalinya. Nanti kau
berteman dengan siapa ha?!"
"Baiklah." jawab Yeji dengan kesal. Tiba-
tiba saja Jaehyun sudah menghilang dan
menjadi debu. Sebenarnya Yeji agak
sedikit bingung dengan perkataan
Jaehyun. Tapi sudahlah, dia juga tidak mau
ambil pusing dengan masalahnya.
"Selalu tiba-tiba menghilang." ucapnya.
Yeji menghela nafasnya, atensinya
langsung kembali kepada sepucuk surat
yang ada di tangannya. Apa dia harus
menuruti kata Jaehyun. Bukankah Jaehyun
sudah mati, dapat dari mana dia surat ini.
Apakah masih ada orang yang
berkemampuan sama seperti Yeji di
sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Department Of Life : Who Are You? | Yeji
De Todo"Bangunan apa ini aku tidak pernah melihatnya"