Vote dan coment!***
Seluruh pasang mata menatap sang raja jalanan dengan bertanya-tanya didalam benak mereka. Pasalnya hari ini, tidak biasanya Abe datang sekolah sendirian. Pertanyaannya. Kemana perginya sang gadis?
Jika biasanya sang raja jalanan akan bucin di koridor memamerkan pada seluruh warga sekolah kebucinan dirinya pada sang gadis, lalu mengapa sekarang tidak lagi.
Hanya wajah merenggut sang raja jalanan yang mereka dapat. Sangat tak enak untuk dipandang.
Tentu saja bukan hal baru lagi bagi seluruh penghuni SMA Atmaja. Sang pemimpin dari Alpharo adalah pria bucin akut . Namun, jika sedang terjadi masalah dalam hubungan keduanya, yang menjadi sasaran adalah seluruh SMA Atmaja. Sehingga tak heran bukan, ketika melihat wajah tak sedap dipandang dari sang raja jalanan, mereka memilih jalan menghindar.
Pernah sekali, kedua pasangan couple terbaik sepanjang angkatan yang selalu menjadi sorotan itu memiliki masalah. Dan sang gadis mengatakan hal yang begitu membuat seluruh penghuni Atmaja harus berhati-hati dalam bertindak. Karena ucapan lembut dari sang gadis tentu membawa petaka bagi seluruh penghuni Atmajaya.
“Jangan pernah bertemu sebulan.”
Setelahnya, tentu saja akan ada masalah besar yang akan melingkup SMA Atmaja. Dan pelakunya tak lain sang Raja jalanan––– Abelard Faizan.
“Apa liat-liat!” bentakan dari Abe membuat seorang siswa ketakutan.
Bruk
“Kalau jalan pake mata! Lo nabrak gue sengaja atau emang mata lo buta!” teriaknya kesal.
Pria itu mengerutkan dahi binggung. Padahal yang menabrak bahunya adalah Abe, tetapi mengapa dirinya yang dibentak seperti ini. Pria itu menunduk saja sembari meminta maaf pada sang raja jalanan. Pria itu tahu karena mendengar berita burung yang begitu cepat tersebar—sang raja jalanan tengah meluapkan emosi dan kekesalanya.
“Maaf, kak. “katanya dengan lirih. Abe tak merespon dan melanjutkan melangkah menuju kelas sang gadis.
Abe akan melangkah menuju kelas sang gadis. Persetan dengan perkataan gadisnya, pria itu begitu merindukan sang gadis dan tak bisa menahan.
Katakan Abe dilanda frustrasi; hidupnya, kebahagiannya tak mau bertemu denganya. Lantas apa yang harus Abe lakukan? Maka dengan itu, melangkah menuju kelas sang gadis adalah jalan keluarnya, bukan?
Meredam Kekesalan bahwa gadisnya memblokir nomor telponnya, bahkan untuk mendengar suaranya saja, dirinya tak bisa? Enak saja.
Bugh
Abe meninju tembok dengan kesal. Semua siswa yang berada di sana memilih mundur. Mereka tak mau menjadi korban selanjutnya setelah si tembok.
“Sialan! Sialan! Gegara drama menye-menye semua kacau!”rutuknya sembari menatap tangannya yang keram sehabis meninju tembok.
Baru saja kaki panjangnya memasuki kelas, sosok seorang gadis keluar dari pintu kelasnya dengan wajah khawatir. Abe tersenyum melihatnya dan rasa kesal, emosi hilang dalam sekejab mata saat melihat sang gadis berdiri di hadapanya dengan keadaan baik-baik saja.
“Good morning my sunshine....”katanya lembut. Gadis itu menatap kekasihnya dengan khawatir akan kondisinya.
“Faizan.... Kok kayak gini sih, pakaiannya? Romol banget!” ujar Alona dengan khawatir. Senyum Abe tak luntur sedikit pun.
“Sayang... Maafin aku dong! Nggak lagi ah nonton film kayak gitu, kapok aku!” lirihnya pelan. Abe hendak membawa sang gadis pada pelukan hangat, tetapi sang gadis malah menahan kedua pundaknya.
Abe menatap sang gadis protes, tetapi begitu melihat tatapan Alona. Abe kembali menghela napas berat. Pria itu pasrah.
“Ayo bersihin wajah kamu.... “kata Alona sembari mendorong bahu sang kekasih menuju kamar mandi. Abe hanya mengikuti dalam diam.
Setalah sampai di toilet, Abe masuk ke dalam toilet lalu membersihkan wajahnya yang begitu kusut dan berminyak. Sedang Alona, menunggu di luar toilet dengan keadaan khawatir.
Padahal hanya memberikan sang kekasih oelajaran, tetapi malah dirinya harus lebih khawatir. Sepertinya memilih cara ini salah. Alona mengaku salah.
Abe keluar dengan terburu-buru membuat Alona menatapnya jengkel.
“Kamu kenapa sih?”
“Aku kira kamu udah pergi.”ujar Abe cuek saja. Menggapai tangan sang gadis, lalu memegangnya erat.
“Nggak kok, Ayo lepasin dulu. Aku ambil tissue untuk kamu.”kata Alona sembari melepas genggaman Abe pada kelima jarinya. Gadis itu menyodorkan tissue pada sang kekasih untuk mengeringkan wajahnya.
“Siapa aja yang kamu bentak, Faizan?” perkataan gadisnya sontak membuat Abe tersenyum kecil melihat wajah kesal sekaligus khawatir dari gadisnya.
“Siapa yang ngasih tau kamu, Yang? Biar aku traktir dia makan.”Cetus Abe pelan membuat Alona menghela napas berat.
“Faizan.... Aku nggak suka yah masalah kamu sama aku, terus imbasnya ke orang lain. Kalau kamu kesal sama aku yaudah, kenapa kamu nggak bentak aja aku!” ujar Alona kesal. Cukup sudah. Kali ini kemarahan Alona begitu memuncak melihat kelakuan kekasih possesivenya ini.
Abe menatap sayang kekasihnya dengan mata meredup.”Aku nggak bisa ngelakuin hal itu Sayang .... Aku ngak bisa banget! Aku merasa bersalah! Nggak papa kalau aku bentak mereka, kamu jangan. “Alona menatap Abe dengan wajah tak suka.
Alona memutar bola mata jengah. “Lain kali nggak boleh gitu.”kata Alona dengan suara bergetar. Abe menatap sang gadis dengan panik.
“Kamu kok nangis?”
“Maaf..... Gara-gara aku kamu kayak gini,” gumam Alona sembari memeluk sang kekasih dengan erat. Abe tersenyum kecil, lalu membalas pelukan dari gadisnya yang sudah ditunggu-tunggu sedari tadi.
“Aku maafin.... “kata Abe pelan membuat Alona tersenyum kecil.
Abe kembali memeluk gadisnya erat. Mengecup berkali-kali puncak kepala gadisnya dengan sayang. Oh Tuhan, betapa rindunya dirinya terhadap gadis didekapannya ini.
“Sayang satu hari aja aku gila karena nggak ketemu kamu... Bagaimana jika kamu nggak mau bertemu denganku selama sebulan? Apa aku akan bunuh diri?”ujar Abe asal membuat Alona memukul punggungnya kesal. Abe terkekeh pelan.
“Ngomong asal ngomong kamu!”ketus Alona. Sangat kesal mendengarnya.
“Btw, kamu nggak mandi yah tadi?”celetuk Alona membuat Abe mengangguk cepat. Tak menapik. Abe memang tidak mandi tadi pagi.
“Kenapa emang?”tanya Abe dengan alis terangkat satu.
“Ih Faizan jorok. Kebiasaan... Bau tau!”ketus Alona dengan mata mengernyit jijik, tetapi berbeda dengan bahasa tubuhnya yang terus memeluk erat tubuh sang kekasih.
Abe terkekeh pelan.”Katanya bau, eh peluknya erat banget.”ejeknya dengan pelan. Alona hanya berdecak saja.
“Aku mandi ataupun nggak mandi tetap aja ganteng dan wangi kan?”ujar Abe dengan sombong. Alona mendengus malas.
Memang benar adanya. Walaupun tak mandi sekalipun, Abe tetap wangi dan tampan. Keringat bercucuran sekalipun, tetapi badan Abe tak mengeluarkan bau busuk yang mengganggu Indra penciuman.TBC!