48| Telat

1.1K 87 4
                                    


Hello semua❤️

Bagaimana selasamu? Apakah menyenangkan?

Oh iya, cerita PSB lebay apa nggak? Jawab jujur, yah.  Aku butuh banget jawaban dari kalian😁

_

Benar saja dugaan Alona. Mereka sudah telat. Pintu gerbang sudah tutup rapat sehingga mereka tidak memiliki akses untuk masuk lagi.

Gadis cantik itu  Menghembuskan napas berat sembari menatap Abe yang kini memasang  cengiran membuatnya memutar bola mata malas.

"Hem...nggak papa, santai aja. Kita bisa ketemu sasa sama Risa pas pulang sekolah aja. Gimana?" Abe mencoba bernegosiasi pada gadisnya. Alona tentu tak merespon, gadis itu malah kembali melangkah gontai meninggalkan gerbang sekolah lalu masuk ke dalam mobil.

" Kamu marah? " Alona menatap jengkel Abe. Tentu saja marah, Alona sudah bersiap dari jam lima pagi dan harus telat.

Orang lain, jika biasanya bangun pagi buta pasti jauh dari kata terlambat.

Alona Menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi penumpang dengan pintu masih terbuka karena sang kekasig tengah berdiri melawan menjulang di sana dengan tangan mengeluh tengkuknya.

"Kamu marah, Yang?" Alona memejamkan mata meredakan emosi yang naik sampai ubun-ubun. Memijit kedua pelipis yang agak nyeri karena menahan emosi.

"Marahlah." ketus Alona. Sudahlah, dirinya sudah tak bisa menahan kekesalan.

Abe merapatkan bibirnya agar tak kembali membuka suara. Dirinya merasa bersalah. Pria jangkung itu memilih memundurkan tubuhnya lalu menutup pintu mobil dengan pelan.

"Mau kemana?" Alona bertanya membuat Abe memundurkan langkahnya, tetapi tak membuka pintu sehingga wajahnya terdapat di jendela.

"Ke sebelah. Mau duduk di kursi ku sendiri. Kita pulang aja." Alona mengangguk lalu kembali Menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

Alona membuang napas berkali-kali, dirinya seketika mengingat jika dirinya tak boleh marah. Karena ini pilihannya, setidaknya dirinya bersama Abe.

" Kita singgah di super market, yah. Aku mau beli bahan-bahan lagi, mau masak-masak." Abe menoleh sembari mulai menjalankan mobilnya yang terparkir di sisi jalan raya.

"Oke. Kita makan berdua. Yes." Alona berdecak lalu kembali bersuara,"Kata siapa, coba? Kata kamu, nanti chat sasa dan Risa ke apartemen. Yaudah, kita makan bareng mereka aja." ujar Alona membuat bahu Abe menurun seketika dengan raut wajah kecewa.

"Yah... Padahal pengen banget makan berdua." Alona mengacak rambut Abe pelan sembari tersenyum tipis.

"Nanti saja, okay? Waktu bersama banyak, Faizan. Kita kumpul sama temen-temen udah jarang banget." Abe mengangguk setuju membuat Alona tak melunturkan senyumnya.

"Okay. Kita otw supermarket." kata Abe menutup pembicaraan mereka. Sedang Alona tengah berkutat dengan ponselnya untuk mengajak para sahabatnya.

"Anak-anak gabung juga, deh. Soalnya belakangan ini aku jarang ngumpul di basecamp." celetuk Abe membuat Alona mengakat satu jari jempolnya tanda setuju. Lalu membantu Abe mengirim pesan pada Kristo, selaku wakil Alpharo.

"udah." ucap Alona sembari mengantongi ponselnya pada saku seragam sekolahnya.

"Ih, nanti kita nunggu mereka lama banget.
Apalagi ini baru jam 08.15, Faizan." kata Alona setengah merengek sembari menoleh pada sang kekasih yang tengah serius dengan kemudinya.

"Nggak papa. Kan' ada aku.  Emang kamu nggak mau kita berdua'an? " Alona mencebikan bibir sembari menggelengkan  kepala pelan.

"Nggak, Juga." Abe menghela napas berat lalu kembali  mengendarai mobil yang kini telah sampai di depan super market terdekat.

Setelah selesai berbelanja yang memakan waktu sedikit lama, kedua sejoli itu pun telah sampai di apartemen.

Alona meletakkan plastik belanjaan yang begitu besar karena banyaknya belanjaan yang mereka beli, padahal kemaren Alona baru saja membeli. Tentunya itu ulah Abe, pria itu mengatakan bahwa karena anak-anak Alpharo yang juga ikut, tentu saja harus menyiapkan banyak sekali makanan. Apalagi bukan hanya anggota inti saja, tetapi  juga anggota biasa yang lainnya.

Alona sedikit binggung pasalnya apartemen mereka kecil dan pastinya tak cukup untuk menampung anak-anak Alpharo yang ratusan. Untungnya Abe mengingatkan bahwa apartemen mereka menyediakan atap khusus untuk berkumpul dan atapnya pun  lebar dan besar. Karena Apartemen ini adalah apartemen elit jadi, tidak heran memiliki atap khusus untuk berpesta.

Alona membanting tubuhnya pada sofa empuk andalan mereka. Abe yang melihat gurat lelah pada wajah gadisnya pun menghela napas lalu membantu menanggalkan kaos kaki dan jaket milik sang gadis.

"Mukanya di bersihin dulu, awas jerawatan. Kamu mau, muka kamu jerawat batu?" Alona hanya bergumam saja dengan mata masih terpejam.

"Kamu capek? Kalo gitu, aku bilang aja sama anak-anak dan temen-temen kamu untuk batal aja. Kamunya udah lelah tuh?" Alona membuka mata sembari menatap sang kekasih yang tengah menarik tissue basah dan membersihkan wajahnya.

Rasa dingin membuat Alona kembali memejamkan mata. Rasanya segar dari tissue basah  khusus bayi itu membuat Alona semakin merasa nyaman.

" Jangan. Bentaran aja, aku cuma capek dikit aja. Entar, aku beresin."Abe berdecak sembari menatap wajah sang kekasih lekat dengan tangan masih bermain di permukaan wajahnya menggunakan  tissue.

" Entar... entar, liat kamu aja udah mau tidur, tuh.  Aku ngomong aja mata masih tutup, udah tau, Yang. Kamunya lelah. Jadi, aku batalin aja, yah?" Alona secepatnya membuka mata lalu menghentikan pergerakan tangan sang kekasih.

"kamu, mah ngeselin. Dibilang entaran aja, nggak bisa. Iya, ini aku bangun terus beresin itu barangnya. Jangan batalin." Abe terkekeh kecil melihat sang gadis menatapnya kesal.

"Yaudah. Bangun, gih.  Lama, aku batalin." Alona memukul pelan lengan sang kekasih.

"Ngeselin. Kamu mah...."rengek Alona dengan nada setengah kesal.

Abe tak menjawab, pria jangkung itu sibuk dengan tissue yang telah kotor  untuk dibuangnya pada tempat sampah.

TBC!






POSSESSIVE BOYFRIEND ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang