03| Reno hilang

8.1K 397 15
                                    



Berita kehilangan Reno anak kelas sebelas IPS dua saat ini menjadi perbincangan hangat di SMA Atmajaya. Berita kehilangan Reno diketahui setelah usai perselisihan antara SMA Atmaja melawan SMA Brandon.

Awalnya teman-temanya berpikir bahwa Reno lebih awal pulang ke rumahnya, tetapi saat teman-temanya berkunjung ke rumahnya ibunya mengatakan bahwa Reno belum pulang dari siang tadi. Dan tentu saja teman-temanya terkejut dan bertanya-tanya mengenai keberadaan Reno.

Hingga saat pagi harinya tak ada satu orang pun yang mendapatkan sesuatu yang berkaitan dengannya seakan ini sudah direncanakan oleh orang yang handal.

Gadis yang baru saja datang dengan kekasihnya mengerutkan dahi binggung saat disetiap langkahnya mendengarkan nama "Reno"disebutkan. Sedangkan sang kekasih disampingnya pun tak peduli dan tetap masa bodoh dengan keadaan sekitar.

"Kasihan banget Reno...."

"Iya kasihan banget. Pasti keluarganya khawatir dan sedih pas ngedenger berita kehilangan dia."

"Iya... kasihan banget"

Langkah Alona terhenti, gadis cantik itu pun menoleh pada sang kekasih yang masih menatapnya dengan kening berkerut.

"Kenapa?"tanya Abe kebingungan melihat sang gadis yang hendak membuka suara, tetapi kembali diam.

Alona pun menggelengkan kepala dan menggapai lengan sang kekasih, lalu menautkan jari mereka dengan erat. Abe menunduk menatap tautan tangan mereka. Pria itu tersenyum, lalu ikut mengeratkan genggaman tangan keduanya. Keduanya pun kembali melangkah menuju kelas Alona.

Beberapa menit setelahnya, Alona pun melepaskan tangan mereka membuat Abe harus merasa kehilangan sebentar. Pria itu menatap lekat gadisnya yang kini mendongak pada dirinya.

Abe mengelus rambut sang gadis dengan penuh sayang sembari tersenyum menenangkan. Alona memejamkan mata, lalu menghela napas mengurangi kegugupannya.

"Aku ke kelasku dulu."ujar Abe membuat Alona kembali menggapai lengan sang kekasih dan menggelengkan kepala.

Abe menunduk, lalu kembali mendongak menatap gadisnya dengan kedua alis yang dinaikan. "Jangan pergi dulu. Aku mau tanya sama kamu."ujar Alona sembari mengigit bibirnya pelan.

"Tanya soal apa?" Abe kembali bertanya dengan wajah penuh kebingungan. Alona pun tersenyum tipis menutupi kegugupannya.

"Ehm, soal berita kehilangan R-eno nggak ada sangkut pautnya sama kamu kan?"tanya Alona dengan berbisik pelan. Gadis cantik itu begitu takut, apalagi tatapan tajam dari Abe membuatnya seketika menciut.

"Hem."jawab Abe dengan asal sembari memutar bola mata jengah.

"Jadi sedari tadi kamu gelisah karena itu? Kamu mikirin dia? Gitu?" tanya Abe mulai terpancing emosi membuat Alona pun menggelengkan kepala panik.

"Nggak Faizan. A-aku cuman nggak mau hal ini ada sangkut pautnya sama kamu. Aku nggak suka hal kayak gini."ujar Alona dengan pelan membuat Abe mengangguk pelan.

"Yaudah sih, kamu diam aja. Nanti juga beritanya reda."kata Abe santai membuat Alona mendongak dan menatap sang kekasih dengan kening berkerut.

"Maksudnya? Jangan bilang, k-kamu dalangnya?"tanya Alona dengan gumaman. Abe tersenyum miring membuat Alona menatapnya tak percaya. Gadis itu membekap mulutnya dengan kedua tangan.

"Faizan.... K-kamu kok tega banget. Dia manusia. Nggak boleh gitu tahu."kata Alona dengan suara bergetar. Abe mendecih malas.

"Tenang aja. Nggak diapa-apain kok, cuman kasih sedikit pelajaran."ujar Abe berbisik pada telinga Alona. Seketika Alona merinding.

"Bebasin dia Faizan. Aku bener-bener nggak suka kamu lakuin hal kayak gini. Sekali lagi aku bilang, lepasin dia!"tekan Alona marah, tetapi kesan lembutnya masih ada. Abe terkekeh geli melihat reaksi sang gadis.

"Nanti."balas Abe pelan. Alona memejamkan matanya menahan emosi.

"Aku bilang lepasin dia, kamu nggak bisa kayak gini Faizan. Kamu mau aku yang lepasin dia!"tekan Alona membuat Abe menatapnya tajam.

"Jangan macam-macam, Yang."ujar Abe dengan kesal. Alona mengalihkan tatapan dari tatapan tajam serta protes sang kekasih.

"Yaudah lepasin dia buat aku."gumam Alona final, lalu pergi masuk ke dalam kelas begitu saja. Tanpa peduli Abe yang kini mencak-mencak di luar kelasnya.

Banyak yang mengatakan jodoh kita adalah cerminan dari diri kita sendiri, jadi pria jangkung itu sering bertanya-tanya dari mananya sikapnya yang sama dengan gadisnya. Semuanya malah bertolak belakang. Ah, mungkin saja artinya saling melengkapi.

Begitu Abe memasuki kelasnya, pria itu menidurkan kepalanya di atas meja. Melihat itu inti Alparo menatapnya dengan kening berkerut. Biasanya sang boss akan bucin dan sering bervideo call saat sampai di kelas bersama gadisnya, tetapi mengapa sekarang masuk ke kelas dengan wajah tekuk.

"Boss kenapa boss, lagi nggak mood yah" tanya Riski membuat Abe menoleh dan menatapnya tajam.

"Bebasin si pria sialan itu!"ujar Abe dengan datar membuat inti Alpharo saling menatap. Andra yang sedang membaca bukunya pun terhenti dan menatap Abe dengan mata memicing.

"Tumben. Nggak biasanya lo lepasin gitu aja."gumam Kristo sembari mengetik sesuatu pada ponselnya.

"Alona tahu. Gue nggak bisa gerak kalau dia udah perintah."ujar Abe pelan membuat inti Alpharo memutarkan bola mata jengah.

"Bucin banget lo."ujar Andra bersuara membuat Kristo dan Riski sontak mendelik.

"Nggak ngaca sih, diam-diam padahal lebih sadis lagi."sindir Riski membuat Andra mendengus malas.

"Jomblo mah banyak bacot."cetus Andra Pedas, lalu kembali membaca bukunya. Kristo yang mendengarnya pun sontak tertawa terbahak membuat dirinya jadi pusat perhatian di kelas.

Abe sendiri yang sedang menidurkan kepalanya pun sontak terbangun ketika mendengar ponselnya berdering.

Merogoh sakunya dengan malas, Abe pun membaca siapa gerangan si penelepon. Dan ketika nama Alona yang menjadi si penelepon membuat Abe seketika mengeser tombol hijau sehingga panggilan terhubung.

"Hallo,"

"Aku tunggu berita bahwa dia udah bebas."tekan Alona dari seberang membuat Abe mengeram.

Ketika dirinya hendak protes, panggilan pun diakhiri begitu saja membuat Abe merutuki dirinya yang begitu lamban saat berucap.

"Sialan!"makinya kesal.

"Makanya cemburu itu harus punya kendali, kan kena sendiri."nyanyi Riski sembari memainkan ponselnya membuat Inti Alpharo menahan tawa.

Abe mendengus malas mendengarnya. Tatapan mematikan kini ditunjukan pada Riski.





TBC!

POSSESIVE BOYFRIEND UPDATE🎉❤️

POSSESSIVE BOYFRIEND ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang