01

880 79 4
                                    

HARI Senin selalu menjadi hari yang sibuk bagi setiap orang, begitupun bagi Yatha Putra Diandra. Merasa begitu penat berada di dalam ruang kerjanya, pria berusia awal tiga puluhan itu memutuskan untuk mencari udara segar di rooftop.

Yatha memilih untuk menaiki tangga menuju rooftop. Ia memasukkan sekotak rokok dan pematiknya ke dalam saku celana. Tak ada yang tau kebiasaan buruknya ini, —selain sang istri.

Berdiri pada pagar pembatas, Yatha mengambil sebatang rokoknya dari kotak. Menyalakan pematik, perlahan Yatha mulai menghisapnya sambil melihat hiruk-pikuk ibu kota di siang hari.

Belum lama Yatha menikmati waktu senggangnya, dering ponselnya terdengar. Yatha menghela napas begitu melihat nama kontak yang tertera pada layar ponselnya. Dengan enggan, ia menjawab panggilan itu.

"Ada apa?" tanyanya tanpa salam pembuka pada si penelepon.

'Kamu dimana? Ayah ada di ruang kerjamu sekarang.'

"Sial!" Yatha mendecak kesal, lalu memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Mematikan putung rokoknya dan membuangnya sembarangan, Yatha segera pergi meninggalkan rooftop.

Yatha kembali melewati tangga darurat dengan tergesa-gesa. Langkah kakinya melambat saat mendengar sebuah keributan di ujung tangga. Pria itu menyembunyikan dirinya di sudut tangga, beruntung posisinya berada di belokkan.

"KAMU MINTA UANG PADAKU? KAMU INI TIDAK TAU MALU? KAMU HANYA ANAK ANGKAT, BUKAN KELUARGA KANDUNG KAMI!"

"Tante kumohon, kali saja tolong bantulah aku."

Yatha melihat seorang gadis muda yang tengah bersujud di kaki salah satu pegawai kantornya. Kalau tidak salah nama pegawai itu Sena, bekerja di bagian pemasaran.

DUG DUG DUG

"DASAR TIDAK TAU MALU! KAMU KEMANAKAN UANG BELASUNGKAWA ORANG TUAMU WAKTU ITU?"

Sena beberapa kali menendang tubuh gadis muda itu hingga terjungkal ke belakang.

Gadis muda itu beranjak berdiri, lalu menyeka air matanya dengan kasar. "AKU BAHKAN TIDAK MENGAMBILNYA! AKU TIDAK PERNAH TAU DIMANA UANG ITU! BERHENTI MENUDUHKU! JIKA AKU MENGAMBILNYA AKU TIDAK AKAN HIDUP SUSAH SEPERTI INI! KALIAN SEMUA YANG MENGAMBILNYA!!!" ucapnya sedikit berteriak.

PLAK

"KURANG AJAR, KAMU BERANI MEMBENTAKKU?! PERGI SANA, DASAR ANAK SIALAN!" Setelah menamparnya, Sena dengan tega mendorong tubuh gadis muda itu hingga terbentur ke dinding, kemudian melangkah pergi begitu saja.

Tubuh gadis muda itu merosot, jatuh terduduk lalu menekuk kedua lututnya dan menangis dalam diam dengan tubuh yang bergetar.

Tubuh gadis muda itu merosot, jatuh terduduk lalu menekuk kedua lututnya dan menangis dalam diam dengan tubuh yang bergetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yatha akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya. Sejujurnya, dia tidak suka untuk ikut campur dalam urusan orang lain. Tapi ia merasa iba pada gadis muda itu. Perlahan Yatha berjalan mendekati gadis itu.

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang