EPILOG

437 50 27
                                    

masih ada yang nunggu?

Setelah Yatha dan Kalya resmi bercerai, gosip tentang Nayyola menyebar semakin parah. Katanya Nayyola yang menghasut Yatha agar menceraikan istri pertamanya dengan alasan bayi dalam kandungannya. Ada lagi, Nayyola tidak ingin kembali hidup miskin setelah melahirkan calon penerus keluarga kaya. Berbagai gosip yang tidak menyenangkan itu tentu saja mengganggu Nayyola.

Belakangan wanita hamil trisemester tiga itu menjadi uring-uringan, tidak nafsu makan dan mengurung diri di rumah. Merasa khawatir dengan kondisi Nayyola, Yatha membawa sang istri untuk tinggal di rumah keluarganya. Disana Nayyola akan memiliki teman bicara, tidak menyendiri seperti di rumah mereka.

Selama tinggal di rumah mertua, Nayyola memiliki jadwal memasak bersama Maria —ibu mertuanya. Mereka akan berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan dan makan malam, saat makan siang biasa mereka berpergian keluar karena para lelaki sibuk bekerja.

Maria dan Adiyaksa merasa senang dengan kehadiran Nayyola di rumah mereka, karena putra sulung mereka akan ikut tinggal bersama. Setelah pisah rumah selama beberapa tahun, akhirnya Yatha kembali pulang. Selain itu, Maria juga memiliki teman mengobrol —karena selama ini dia hanya sendiri di rumah menanti kepulangan sang suami dan putra bungsunya.

Semenjak ada Nayyola rumah Diandra menjadi lebih hidup. Selalu ada bahan yang mereka bicarakan, berbagai emosi mengalir begitu saja menjadi sebuah suka-cita layaknya keluarga cemara. Meski harus melalui cara yang rumit, Maria merasa bersyukur Yatha bertemu dengan Nayyola. Kehadiran Nayyola membawa perubahan yang baik bagi putra sulungnya.

"Nay..."

"Ya, Bu?"

"Apa kamu bahagia menjadi keluarga kami?" tanya Maria dengan tatapan teduh memandang Nayyola. Seperti hari biasanya, mereka makan siang di sebuah resto.

"Aku bahagia Bu... kalau boleh jujur, sebenarnya aku menikmati peranku sebagai istrinya Mas Yatha. Karena dengan menjadi istrinya, aku kembali memiliki keluarga. Aku kembali merasakan usapan hangat seorang Ibu. Aku ingin egois untuk terus menjadi istri Mas Yatha..." mata Nayyola mulai memerah.

"Aku salah Bu... harusnya aku yang bercerai dengan Mas Yatha, bukan Mbak Kalya."

Maria meraih tangan Nayyola yang berada di atas meja. Dia menggenggamnya hangat dan mengusap lembut. "Semua yang terjadi adalah takdir Tuhan, Nay. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana... namun Tuhan yang menentukan segalanya. Bukan salah kamu jika Yatha dan Kalya berpisah, itu takdir mereka."

Air mata Nayyola menetes. Rasa bersalah itu masih ada dalam hati Nayyola. Meski semua meyakinkan dirinya bahwa ini bukan karena dia, Nayyola tetap merasa bersalah.

"Jangan menangis, kamu harus menjaga emosimu, Nak." Maria menguap air mata Nayyola lembut.

"Terima kasih karena Ibu dan Ayah sudah menerimaku dengan baik." Nayyola tersenyum dengan mata yang sembab menatap ibu mertuanya.

"Kami yang berterima kasih padamu. Karena kamu, perlahan Yatha berubah menjadi lebih baik. Dia mulai bisa menerima Ibu sebagai Ibunya, dia juga bersikap baik pada Ayahnya. Dulu, dia selalu mengabaikan kami. Ibu benar-benar bersyukur Yatha bertemu denganmu, Nay..."

"Mas Yatha orang baik Bu..."

"Dia memang baik, hanya saja egonya begitu tinggi. Tapi syukurlah dia sudah mulai berubah, mungkin karena dia akan segera menjadi orang tua."

Nayyola tertawa pelan. Terkadang dia masih tidak menyangka waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin dia mengenal Yatha, namun sekarang mereka akan segera menjadi orang tua.

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang