09

383 45 13
                                    

📍 BALI

Mematut penampilan di cermin, Kalya menatap sedih pada pantulan dirinya.

Oh lihatlah, ini si wanita bodoh yang menyerahkan suaminya pada perempuan lain.

Menghela napas berat, Kalya berbalik dan mendapati Wenda yang telah siap dengan gaya feminimnya.

"Kau tampak cantik, dear!" puji Kalya sambil memakai heels-nya.

"Thanks dear! Tapi aku memang selalu cantik, aku adalah seorang model kalau kamu lupa."

"Oh, tentu saja aku tidak akan lupa dengan pekerjaanmu itu."

Wenda tertawa, lalu menghampiri Kalya dan merangkul bahu sahabatnya itu. "Ayo kita cari pria tampan malam ini. Tenang saja, aku akan tutup mulut."

"Kamu memang sahabatku."

"Yes, i'm!"

Keduanya tertawa sambil melangkah bersama meninggalkan kamar hotel mereka.

***

"Apa kamu melihatnya?" tanya Wenda berbisik pada Kalya.

"Yang mana?"

"Pria itu, dia terus menatapmu!"

"Aku tidak tertarik dengannya," ucap Kalya lalu meneguk gelas koktailnya hingga habis.

"Kamu sudah terlalu banyak minum, dear!"

"Itu tujuanku ke sini."

"Kamu harus menikmati momen, bukan membuat dirimu hilang kendali dengan cara mabuk!"

"Aku menikmatinya kok! Kamu ingin melihatku menari di lantai dansa? Atau melihatku menggoda pria?"

"Ck! Kamu sangat menyebalkan saat mabuk." Wenda meraih gelas koktailnya, mengisinya lagi hingga penuh lalu menegaknya dengan cepat.

"Sejujurnya, aku masih tidak mengerti kenapa kamu dengan mudahnya mengizinkan suamimu untuk menikah lagi. Like, what's wrong with you, dear???!!! Kalya yang aku kenal tidak mungkin sebodoh ini dalam urusan cinta!"

Kalya menyangga wajahnya dengan satu tangan, sedang tangan lainnya yang terbebas mengusap bahu Wenda. "Jika kuberi tahu alasannya, apa kamu juga akan tutup mulut pada kekasihmu?"

"Maksudmu, adik iparmu itu?"

Kalya mengangguk.

"Aku tak pernah membahas kalian saat bersama kekasihku. Aku paham bagaimana hubungan kekasihku dengan suamimu, mereka begitu kompetitif. Aku tidak ingin ikut campur dalam urusan mereka, yang mungkin saja dapat merusak persahabatan kita."

"Hmmm... Aku juga tidak ingin ikut campur. Tapi Ayah mertua terus meminta anak dari kami."

"Kamu dan Yatha sudah menikah, hal yang wajar untuk memiliki anak."

"Aku tidak bisa..."

"Kenapa?"

Kalya menutup kedua matanya, menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Kami tidak saling mencintai..."

"Apa? Kalian sudah menikah bertahun-tahun, tapi...? Ya Tuhan! Aku tidak mengerti mengapa kalian sangat pandai bersandiwara!"

Kalya terkekeh pelan, kemudian kembali meneguk gelas minumannya.

"Bercerailah!" kata Wenda yang nyaris membuat Kalya memuntahkan koktail dalam mulutnya.

"Uhuk... uhuk!" Kalya menepuk-nepuk dadanya untuk meredakan rasa perih yang menyerangnya. "Tanpa kamu suruh pun aku sangat ingin melakukannya! Tapi sayangnya, kami tidak memiliki alasan untuk bercerai."

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang