37 - END

533 57 35
                                    

Selama persidangan yang berlangsung sebanyak tiga kali, hakim meminta Kalya dan Yatha untuk kembali membicarakan rumah tangga mereka. Namun Kalya yang sudah memikirkan kesalahannya karena telah mengkhianati Yatha, tetap memilih untuk berpisah karena sudah merasa malu dan bersalah pada Yatha. Meski Yatha berkata bisa memaafkan dirinya dan ingin memulai semuanya lagi dari awal.

Penghujung bulan Agustus, suara ketukkan palu di meja persidangan menjadi akhir status Kalya dan Yatha sebagai pasangan suami dan istri. Janji sehidup semati di hadapan Tuhan baru saja mereka ingkari. Perceraian menjadi pilihan keduanya.

Kalya sudah membicarakan tentang perceraiannya pada keluarga besarnya dan Yatha untuk mendapat persetujuan. Para orang tua tentu menyesalkan hal ini, namun untuk menebus rasa bersalah mereka karena telah menjodohkan keduanya, mereka akhirnya setuju dengan pilihan Kalya dan Yatha.

Selesai sidang, Yatha dan Kalya berdiri di luar ruangan. Yatha menatap wajah Kalya, merekam wajah cantik bak dewi itu dalam ingatannya. Setelah hari ini, mungkin Yatha tidak akan bisa lagi menikmati wajah cantik itu.

'Padahal hanya dengan permintaan maafmu, itu sudah cukup Kal. Aku bisa menerimanya dan memulai kembali kisah kita. Tapi kamu tetap memilih untuk berpisah.'

Yatha mengerjap, mengeluarkan tangan kanannya dari saku lalu mengulurkannya, sambil berucap, "Setelah ini, mari bertemu kembali sebagai teman baik. Kamu pasti akan mendapatkan lelaki yang lebih baik dariku."

Kalya tersenyum sambil menyambut uluran tangan Yatha. "Ya, mari kita bertemu kembali nanti, sebagai seorang teman lama, bukan mantan pasangan."

Yatha mengeratkan genggamannya, lalu menarik paksa tubuh Kalya ke dalam dekapannya. Kalya tau ini akan menjadi pelukkan terakhir mereka.

Yatha mengurai pelukkan mereka sambil membisikan kata maaf.

Kalya menggeleng pelan. "Kamu tidak perlu meminta maaf untuk hal yang jelas-jelas adalah kesalahanku."

Yatha hanya diam dengan mata yang memerah menatap Kalya.

Kalya mengeluarkan sebuah surat yang terlipat rapi dari dalam clutch-nya, lalu memberikannya pada Yatha. "Baca saat kamu sudah di rumah. Sampai jumpa." Kalya tersenyum, lalu beranjak pergi meninggalkan Yatha yang masih menatapnya sambil memegang surat pemberiannya.

Melepaskan Yatha adalah pilihan terbaik bagi Kalya. Dia harus membiarkan pria yang telah mendampingi hidupnya selama dua tahun itu berbahagia dengan wanita yang dicintai dan mencintainya. Yatha berhak bahagia, dan itu bukan bersama dirinya. Kalya juga harus mencari kebahagiaannya sendiri, sekarang, dimulai dari hari ini dengan status barunya.

***

Setelah sidang berakhir dan memberikan surat yang ditulisnya dengan segenap rasa penyesalan, Kalya kini sudah berada di bandara. Ditemani oleh Wenda yang membawakan kopernya, Kalya duduk dengan tenang sambil menunggu jadwal keberangkatannya.

"Tidak mau dibatalkan saja, Kal?" tanya Wenda dengan nada memohon. Entah sudah keberapa kalinya dia mengemis pada Kalya agar sahabatnya itu membatalkan niatnya untuk pergi dari Jakarta.

"Wen, kita masih bisa bertemu. Kamu yang ke Bali hehe..."

"Ugh, sialan! Aku jadi tidak punya teman disini!" Wenda mulai meneteskan air matanya. Mereka sudah berteman selama bertahun-tahun, Wenda tentu tidak rela harus berpisah jauh dari sahabatnya.

Kalya bergerak mendekap tubuh Wenda sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Jangan menangis Wen... banyak orang loh di sini." bisik Kalya.

"Aku tidak peduli, bahkan jika ada orang yang menyebarkan wajah menangisku yang jelek ini, aku tidak peduli Kal!" balas Wenda yang semakin menangis dengan keras.

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang