Side story 3 - Menjadi Orang tua

357 38 14
                                    

Mendekati HPL kelahiran si bayi, Nayyola sering kali gelisah dalam tidurnya. Sama seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Nayyola kembali terbangun dari tidurnya. Perlahan ibu hamil itu beranjak bangun, duduk bersandar pada kepala ranjang sambil mengusap perutnya yang terasa kencang. Belakangan ini dia sudah merasakan kontraksi palsu, kata dokter itu wajar. Bahkan Nayyola sudah mengeluarkan lendir kecokelatan, yang kata dokter juga wajar.

Tak hanya perutnya yang terasa kencang, kini Nayyola mulai merasakan nyeri di pinggang dan area kewanitaannya.

"Ssshhh," ringisan kesakitan lolos dari bibir Nayyola. Pelan tangannya memijit pinggangnya yang terasa nyeri.

Nayyola menoleh ke kanan, melihat wajah tidur suaminya. Tangannya bergerak menusuk-nusuk pipi Yatha pelan dengan telunjuknya. "Mas Yatha..." panggilnya dengan suara serak.

Yatha membuka kelopak matanya, "Kenapa sayang?" tanyanya sambil beranjak bangun.

"Perutku sakit, Mas."

"Hm?" Yatha menatap bingung pada Nayyola. Mereka calon orang tua baru, meski sudah mendapat pelatihan saat kelas senam hamil Nayyola, tetap saja Yatha masih kebingungan untuk menghadapi masa-masa kelahiran si buah hati.

"Aku mau pipis..." Nayyola bergeser, bersiap turun dari ranjang tidur. Perlahan Nayyola beranjak berdiri, bersamaan dengan cairan bening yang cukup kental mengalir di sela kakinya.

"Mas!!" Nayyola panik, pun dengan Yatha yang ikut melihat ke arah kaki sang istri.

"Nay..."

"Mas ini air ketuban aku udah pecah," kata Nayyola yang berusaha untuk tidak panik dengan mengatur napasnya perlahan.

"Ki—kita ke rumah sakit sekarang!" kata Yatha dengan suara dan wajah paniknya. Pria itu segera beranjak menuju lemari untuk mengambil jaket miliknya dan milik Nayyola.

"Sebentar ya, saya panggil Ibu dulu," ucap Yatha sambil membantu Nayyola mengenakan jaket. Setelahnya pria itu berjalan cepat keluar dari kamar tidur.

Nayyola kembali duduk dan mengatur napasnya pelan-pelan. Kontraksinya belum terlalu sakit dan masih berjeda panjang.

Yatha kembali masuk ke dalam kamar bersama sang Ibu yang langsung menghampiri Nayyola.

"Sudah terasa sakit Nay?" tanya Maria dengan nada khawatir. Ini adalah cucu pertama keluarga Diandra, cucu yang akan menjadi penerus garis keturunan mereka.

"Belum terlalu, Bu... tapi pinggangku terasa sangat nyeri."

Maria tersenyum tipis, lalu mengusap pelan perut Nayyola. "Segera ke rumah sakit, Ibu akan menyusul bersama Ayah dan membawa perlengkapan kalian."

Nayyola mengangguk, pun dengan Yatha yang segera mengambil dompet, ponsel dan kunci mobilnya. Setelahnya Yatha membantu Nayyola berdiri, lalu merangkulnya hangat dan berjalan keluar dari kamar. Maria juga berjalan di samping Nayyola, membantu menantunya berjalan sambil mengusap pelan pinggang Nayyola.

Sampai di garasi rumah, Yatha membukakan pintu mobil dan membantu Nayyola masuk ke dalam. Dia menutup pintu, lalu menoleh pada sang Ibu.

"Hubungi Ibu dimana rumah sakitnya, hati-hati di jalan ya."

"Hm." Yatha hanya mengangguk lalu berlari menuju kursi pengemudi. Setelahnya mobil Mercedes-AMG SL 43 putih itu melaju meninggalkan pekarangan rumah keluarga Diandra.

***

Sesampainya di rumah sakit, bidan yang berjaga  langsung memeriksa keadaan Nayyola. Yatha berdiri di sisi istrinya, sesekali mengusap peluh yang membasahi dahi Nayyola.

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang