34

292 52 54
                                    

Alwan membuang putung rokoknya saat melihat Kaivan datang. Malam ini mereka akan minum bersama sambil membahas beberapa hal, entah tentang kerjaan atau kehidupan pribadi.

"Sudah lama?" tanya Kaivan sambil duduk di kursi samping Alwan.

"Barusan, habis nganter Wenda juga."

"Ohh. Aku juga."

"Nganter Mbak Kalya?" tebak Alwan.

"Hm."

"Ke rumah?"

"Rumah orang tuanya. Sepertinya dia sudah muak melihat suami dan istri muda suaminya."

"Cih!" Alwan mendecih tak suka.

"Kamu membenci Kalya?"

"Dia menyakiti perasaan saudaraku."

"Suadara? Apa pria itu sudah mengakui kamu sebagai adik?" Kaivan tersenyum mengejek pada Alwan.

"Belakangan Kakakku menjadi anak penurut. Aku rasa itu berkat istri mudanya."

"Kalian semua seperti membenci Kalya."

"Tidak. Kami menerimanya, namun Kalya yang membuat batasan. Padahal kami keluarga."

"Aku menandatangani kontrak dengan perusahaan Kakakmu."

"Sialan! Kamu mau apa?"

"Kalya... aku hanya mau Kalya."

"Kamu bisa mengambilnya, tapi jangan hancurkan perusahaan keluarga kami!"

"Aku hanya akan sedikit bermain."

"Kamu sialan!"

Kaivan tertawa melihat ekspresi marah Alwan. Selama bertahun-tahun berteman, baru ini Alwan marah padanya.

"Maaf..." Kaivan menjetikan abu rokoknya. "Aku benar-benar menginginkan Kalya. Dia seperti candu bagiku."

"Kakakku juga begitu tergila-gila padanya. Aku masih tidak habis pikir, apa yang menarik dari Mbak Kalya selain wajahnya?"

"Dia cantik, dia baik."

"Lalu?"

"Dia mengurusku dengan baik."

"Mommy issue eh?" Alwan mengejek Kaivan.

Kaivan cekikikan sambil menggigit rokoknya. "Aku mau dia jadi istriku."

"Silahkan. Buat mereka bercerai, aku yakin Kakakku sudah siap untuk kehilangan Mbak Kalya."

Kaivan menaruh rokoknya di asbak, lalu mengisi gelasnya dengan botol minuman milik Alwan.

"Hey hey, itu milikku."

"Pesan lagi, aku yang bayar."

"Si sombong ini."

Kaivan mengabaikan ejekan Alwan. Dia menyesap minumannya perlahan. "Sialan, berapa persen ini?"

Kali ini Alwan yang cekikikan. "Enam puluh."

"Anjing! Pantas saja leherku terasa terbakar."

"Hey!"

"Hm?"

"Jangan hancurkan Kakakku. Dia satu-satunya saudaraku. Aku akan membantumu mendapatkan Mbak Kalya, tapi jangan sentuh Kakakku. Proyek itu, yang kalian setujui, kerjakan dengan benar."

"Deal!"

***

Yatha turun ke kamar bawah, berniat untuk membersihkan diri dan bersiap ke kantor. Saat dia bangun, Nayyola sudah tidak ada disisinya. Istrinya itu memang terbiasa bangun sangat pagi, —dan selalu saja tidak membangunkannya.

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang