24

333 45 52
                                    

Kalya jalan berdampingan dengan Kaivan sambil meletakan tangannya pada lengan pemuda itu. Sesekali dia tersenyum pada kenalan Kaivan —pada mereka yang menegur pemuda di sampingnya.

Kaivan membawa Kalya menuju meja tamu yang sudah disiapkan secara khusus untuk para teman-teman terdekat mempelai.

"Kai ini hoki banget kalau urusan cewek yeee..." Bima berucap —salah satu teman Kaivan yang duduk satu meja dengannya.

Kaivan tersenyum santai mendengarnya. Dia sengaja mengeratkan rangkulannya pada pinggang ramping Kalya yang duduk di sampingnya. "Cantik ya?" tanyanya penuh percaya diri.

"Kamu pakai pelet ya?" tanya Jackson —teman Kaivan yang lain.

Dalam meja itu mereka bisa duduk enam hingga delapan orang.

"Buat apa? Aku sudah tampan dari lahir."

Bima dan Jackson tertawa, pun dengan Kaivan.

"Undangan buruan disebar ya... jangan sampai ngisi duluan baru kepikiran nikah." kata Bima dengan nada menyindir.

"Doain saja ya. Kita lihat setelah June, siapa diantara kita yang akan menyusul." jawab Kaivan santai, lalu meneguk gelas wine yang berada di dekatnya.

Kalya hanya diam di samping Kaivan. Dalam hati dia mencibir ucapan Kaivan. Menikah apanya? Kalya ini masih berstatus istri orang, dan dia tidak ada pikiran untuk bercerai dengan sang suami.

Kalya melihat sekitar, dalam hati merasa gelisah. Ini adalah pesta milik teman Kaivan dan kemungkinan besar akan ada Alwan di sini.

Oh sialan. Rasanya Kalya ingin cepat-cepat pergi dari sini sebelum dia bertemu dengan Alwan. Akan memalukan jika dia bertemu dengan adik iparnya itu di sini. Dia harus beralasan apa?

'Aku sedang menemani kekasihku disini.'

Gila! Mana sanggup Kalya bicara seperti itu!

"Hay... maaf terlambat." Terdengar suara yang familiar bagi Kalya, —suara milik adik iparnya.

Pemuda itu menarik kursi dan mempersilahkan kekasihnya untuk duduk, lalu menarik kursi di sebelah Kaivan dan duduk dengan nyaman.

Dari awal kedatangan Alwan, Kalya memilih untum menunduk. Dia juga menurunkan helaian rambut hitamnya untuk menutupi wajahnya. Jantungnya berdebar dengan cepat.

Bagaimana ini? Kalya membatin dengan panik.

"Kamu nyaris terlambat. Pemberkatannya akan segera dimulai."

"Ada Kakakku datang, aku harus menyapanya dulu."

"Kakak tirimu? Tumben sekali." sahut Bima.

"Dia memberitahu keluarga bahwa istrinya hamil."

Wenda yang tidak tau tentang kabar itu langsung tersedak pelan. Dia lantas melihat ke arah Kalya yang duduk di samping Kaivan.

"Oh sayang... maaf aku tidak memberitahumu tentang kabar ini." Alwan mengusap punggung Wenda pelan, sementara Wenda hanya mengangguk kecil lalu meraih gelas minuman di dekatnya.

Kaivan menoleh pada Kalya yang hanya menunduk diam di sampingnya.

"Itu kabar bahagia. Apa keluargamu tidak melakukan acara syukuran?"

"Mereka makan bersama. Aku nyaris batal pergi ke sini, tapi Ayah bilang pernikahan temanku hanya sekali jadi aku harus datang."

"Itu hanya sekali jika June setia. Jika tidak?"

Mereka semua tertawa, pun dengan Wenda yang sudah mengenal teman-teman kekasihnya. Hanya Kalya yang diam dan terlihat gelisah di tempatnya.

Dari posisi duduknya, Alwan memperhatikan gadis yang duduk di samping Kaivan. Dia tau bahwa itu adalah Kalya —kakak iparnya.

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang