06

460 51 14
                                    

Setelah makan malam, Kalya dan Yatha memilih untuk masuk ke dalam kamar mereka. Meninggalkan Nayyola sendiri yang tengah membersihkan meja makan seorang diri.

Sebelumnya, Kalya sudah berpamitan pada Nayyola, karena merasa tidak enak membiarkan gadis itu untuk membersihkan meja makan seorang diri. Tapi Nayyola tetaplah gadis polos yang baik hati, ia berkata 'tidak apa-apa' sambil menyunggingkan senyum manisnya.

Kalya dan Yatha duduk bersebelahan dalam satu sofa panjang. Kalya meraih sebuah map merah yang merupakan akta pernikahan Yatha dan Nayyola. Wanita itu menyerahkan map merah itu pada Yatha.

Yatha menghela napas berat lalu meraih map merah itu, perlahan ia membukanya dan mulai membacanya baik-baik.

Hari ini Yatha dan Nayyola telah sah menjadi pasangan suami dan istri secara hukum, untuk secara agama Yatha hanya perlu melakukan pemberkatan di hadapan pendeta.

Yatha menatap wajah Kalya. Wanita cantik itu tersenyum dengan tulus padanya, seolah menandakan bahwa dirinya baik-baik saja.

Sebenarnya Yatha tidak perlu merasa bersalah, karena pada dasarnya Kalya memang tidak mencintainya. Karena hal itu pula, Kalya mengizinkannya untuk menikah lagi. Tapi Yatha tidak bisa untuk bersikap baik-baik saja seperti Kalya, karena dirinya benar-benar mencintai wanita itu. Persetan dengan Kalya yang tidak mencintainya. Yatha tidak peduli akan hal itu karena yang terpenting baginya, Kalya tetap berada di sisinya walaupun perasaannya tidak pernah terbalaskan.

"Kamu yakin Kal?"

Kalya mengangguk pelan, tangannnya bergerak menyentuh lengan Yatha.

"Tentu saja aku yakin. Aku bahkan sudah mengurus dokumen pernikahan kalian," jawabnya dengan nada lembut.

Yatha menutup map merah itu, lalu meletakkannya di atas nakas yang berada di samping sofa.

"Kita tidak perlu melangkah sejauh ini, Kal. Kamu pasti tau risiko dari keputusanmu ini 'kan?"

"Ya, aku tau. Aku bisa saja kehilangan kamu."

"Maka dari itu, kita batalkan saja. Aku sayang kamu, Kal."

Kalya menggeleng tak setuju. "Hanya ini kesempatan yang kita miliki. Apapun risikonya, aku siap untuk menerimanya. Termasuk kehilangan kamu."

Kalya meraih tangan Yatha, lalu menggenggamnya erat. "Sekarang ini, kamu hanya perlu menerima kehadiran Nayyola dalam hidupmu, memperlakukannya selayaknya kamu memperlakukanku. Jangan pernah membedakan kasih sayangmu padaku dan padanya."

"Sayang, berbagi adalah hal yang sulit."

"Aku tau itu, Yatha. Kamu hanya perlu belajar." ucap Kalya sambil tersenyum hangat.

Yatha menarik tubuh mungil Kalya ke dalam dekapannya. Hatinya benar-benar hancur sekarang. Bagaimana mungkin wanita yang dicintainya ini, meminta dirinya untuk membangi cintanya pada wanita lain.

Bagaimana caranya berlaku adil? Ini sangat sulit bagi Yatha.

Selama ini dia sudah berbagi sang ayah bersama Awan. Lalu sekarang dirinya yang harus dibagi untuk Kalya dan Nayyola.

Kalya mengurai pelukan Yatha. "Yatha, besok pagi aku akan pergi menemani Wenda ke Bali."

"Apa? Kenapa mendadak sekali? Berapa lama kamu di sana? Jam berapa kamu akan pergi?"

Kalya terkekeh mendengar rentetan pertanyaan dari suaminya itu. "Maaf, Wenda baru mengabariku saat kami berpergian tadi. Aku hanya akan pergi tiga hari, dan aku akan berangkat tepat setelah kamu mengucapkan janji pernikahanmu besok."

Yatha memasang raut wajah kesalnya. "Tiga hari? Itu sangat lama, sayang. Siapa yang akan mengurusku nanti?" ujarnya dengan nada manja disertai bibir yang mengerucut.

✔️ HEAVYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang