16 : Dukungan Papa Deeva

395 38 0
                                    

Prok...prok...prok...

"Gue iri sama samsaknya, karena bisa deket-deket sama Lo."

Deg.

Deeva menghentikan aktivitasnya. Ia tahu siapa pemilik suara itu.

"Lo?"

Dan benar, Deeva cepat-cepat berlalu dari hadapan cowok itu, namun tangannya sudah dicekal, sehingga kini mau tak mau Deeva harus berhadapan dengan cowok gila itu untuk kesekian kalinya.

Davin tersenyum senang, cewek di hadapannya tidak berontak atau menunjukkan penolakan seperti biasanya.

"Lo jago boxing juga ternyata ya?"

Deeva tak membalas ucapan itu. Sungguh ia tak mau berurusan dengannya lagi.

"Kok selama ini ngga ngelawan kalo gue cegat?"

Lagi-lagi Deeva tak membalas ucapan cowok gila di hadapannya.

"Kenapa? Hmm."

"Bukan urusan Lo." Singkatnya lalu mengibaskan tangan itu kuat. Deeva akhirnya terlepas, namun tanpa diduga, cowok gila itu justru melempar bola basket ke arahnya.

"Aw." Pekik Deeva kaget karena bola itu sedikit mengenai kepalanya.

Deeva berbalik, "Mau Lo apasih?!"

Bukannya menjawab, Davin justru berlari menghampiri dan mengambil bola basket yang tadi di lemparkannya ke arah Deeva.

"Gue mau main basket sama Lo."

Deeva mendengus lalu kembali berbalik. Kesal sekesal kesalnya orang kesal. Cukup. Cukup kemarin saja Deeva berurusan dengan seorang Davin Rafandra, hari ini dan seterusnya Deeva tak mau lagi berurusan dengan cowok gila itu. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti, mendengar tawaran cukup menggiurkan yang keluar dari mulut cowok di belakangnya.

"Kalo Lo bisa menang lawan gue, gue janji ngga akan ganggu Lo lagi setelah ini."

Deeva tersenyum miring. Cowok itu tidak tahu, kalau Deeva rajanya bermain bola basket. Tanpa berkata apa pun, Deeva berlari menghampiri Davin, merampas bola yang ada di tangannya dan mendriblenya hingga jarak beberapa meter saja dari ring. Dan melemparnya.

"Yes! Masuk."

Seru gadis itu lalu berbalik menatap Davin yang masih berdiri di tempatnya, menatapinya dengan pandangan yang sulit di artikan. Tiba-tiba senyum kemenangan Deeva luntur, gadis itu merasa dipermainkan oleh Davin. Deeva tahu, tak semudah itu membuat Davin menjauh darinya.

Tanpa berkata apa pun, Deeva berlari meninggalkan lapangan basket itu.

"Woy Deeva!"

Davin segera mengejar Deeva. Sungguh Davin tak bermaksud mengerjai gadis itu, Davin hanya terpesona melihat senyum cerah Deeva untuk yang pertama kalinya.

"Dee Dee gue ngga bermaksud bohongin Lo kok."

Katanya setelah mensejajarkan langkahnya dengan Deeva. Deeva berhenti tepat di depan pintu yang bisa membawanya masuk ke dalam rumah. Gadis itu menghela napas, sebelum menatap cowok yang berada di sampingnya.

"Please, jangan ganggu gue."

"Gue ngga bermaksud ganggu Lo. Gue Cuma pengin deket sama Lo."

"Dan itu yang bikin gue ngerasa keganggu."

"Tapi Dee..."

"Ngga ada tapi-tapian, mulai sekarang jangan ganggu ketenangan gue."

"Lho? Deeva Davin? Kalian sudah saling kenal rupanya?"

SBBS #1 | Lengkap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang