22 : Sisi Lain Deeva

372 35 0
                                    

"Tadi ngobrolin apa sama Samuel?" Tanya Davin sembari menyerahkan satu helm bogo untuk Deeva kenakan. Kini keduanya sudah berada di area parkir sekolah.

"Ngga penting." Jawab Deeva cuek.

Mendapat respon yang demikian entah mengapa hati Davin tiba-tiba was-was, takut kalau nanti Deeva jatuh cintanya justru pada Samuel. Ketakutan itu tentu ada alasannya, tadi ketika Davin menemukan keberadaan Deeva dan Samuel, tak sengaja ia mendapati kedua orang itu sedang saling pandang memandang.

Cinta datang dari mata turun ke hati bukan?

"Lo suka sama si Sam?"

Deeva yang sedang sibuk memasang pengait helm menghentikan aktivitasnya, ia menatap Davin, tapi tak berbicara apa-apa.

Yang ditatap seperti biasanya, yaitu salah tingkah, "Deeva, jangan natap gue gitu dong. Gue gerogi nih jadinya."

"Buruan." Suruh Deeva. Ia ingin cepat-cepat pulang.

"Jawab dulu pertanyaan gue, Lo suka ngga sama si Sam?"

Deeva menghela nafas, sebenarnya ada apa dengan dua cowok itu, yang satu bertanya apa Deeva pacaran dengan Davin atau tidak, yang satu bertanya apa Deeva suka dengan Samuel atau tidak. Apa mereka berdua cemburu? Atau justru mereka ada sesuatu?

"Kalian berdua pacaran?"

Davin menggeleng cepat, "Ngga lah. Gue sukanya sama Lo. Masa pacarannya sama si Sam, amit-amit deh, gue normal Deeva."

Deeva tak membalas apa-apa lagi, ia langsung naik di jok belakang motor Davin. Dan mau tidak mau Davin segera menyusul Deeva.

Motor Davin ini bukan motor sport seperti motor cowok-cowok tajir kebanyakan. Motor Davin adalah motor matic berwarna putih, seperti mencerminkan bahwa si pemilik adalah anak baik-baik dan juga rajin.

Baru setengah perjalanan menuju rumah Deeva, awan bergulung-gulung hitam yang sedari tadi menaungi mereka tiba-tiba tertiup angin sehingga hujan rintik-rintik mulai turun ke bumi. Mengingat ia tak membawa jas hujan, Davin menepikan motornya di salah satu minimarket yang ada di pinggir jalan.

Deeva yang mengira Davin akan mengeluarkan jas hujan dari motornya hanya menurut dan turun ketika motor itu berhenti. Tapi tidak, ternyata Davin justru memasuki minimarket.

Mungkin dia ada keperluan.

"Lo mau minum apa?" Tanya Davin ketika mereka sudah berada di deretan minuman.

"Ngga haus."

"Hujannya bakalan lama Deeva..."

"Terus?"

"Gue ngga bawa jas hujan."

Deeva memicingkan matanya, "serius?"

Davin hanya mengangguk, lalu mengambil dua susu kotak rasa cokelat.

"Gue ngga mau susu kotak." Kata Deeva tiba-tiba.

"Terus Lo maunya apa?"

Deeva tak menjawab ia justru berjalan mendahului Davin, ke deretan freezer yang berisi berbagai jenis es krim dari berbagai merek. Deeva mengambil tiga es krim mochi rasa vanilla dari dalamnya.

SBBS #1 | Lengkap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang