Jam istirahat baru saja berakhir lima menit yang lalu.
"Selamat siang anak-anak.."
Segala aktivitas yang ada di ruang itu seketika terhenti, kemudian disusul dengan helaan napas panjang saling bersahutan ketika melihat seorang laki-laki beruban yang selalu mengenakan baju batik itu masuk dan berjalan menuju singgasananya. Sebentar lagi, sebentar lagi jam-jam membosankan akan dimulai.
"Selamat siang pak.." Jawab mereka tak kompak.
Masing-masing dari mereka mengeluarkan buku tulis dan buku paket dari tas atau lacinya. Hampir sebagian besar siswa-siswi 12 IPS 3 tak ada yang bersemangat mengikuti pelajaran. Kecuali tentu saja Tamara Geovany. Gadis itu lekas duduk tegak, bersiap untuk mendengar penjelasan dengan seksama.
Tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu mengalun memancing perhatian. Pintu yang sudah ditutup oleh Ando si ketua kelas sekaligus pawang pintu, perlahan terbuka sesaat setelah Pak Parsikun menyilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Dan...
"Aaaa Davin..."
Jerit salah seorang cewek, yang memicu cewek-cewek lain juga melakukan hal yang serupa, yaitu bersahutan memanggil-manggil nama Davin. Iya, Davin memang sepopuler itu.
Cewek-cewek tentu bahagia, karena selama ini mereka hanya bisa menikmati wajah tampan Davin di waktu-waktu tertentu saja, misalnya pada saat upacara bendera hari senin karena Davin sering menjadi anggota pengibar bendera, lalu saat Davin berada di kantin bersama kawan sepergengannya, dan yang terakhir ketika Davin beraksi bersama raketnya di gedung olah raga setiap Jum'at pukul empat sore. Selain daripada ketiga situasi itu, wajah tampan Davin hanya bisa dipandang sekilas saja.
"Selamat siang semua..." Sapa Davin sebelum mendekat ke meja Pak Parsikun.
"Siaaaaang..." Jawab cewek-cewek kompak dengan semangat empat lima.
Pak Parsikun menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya melihat perbedaan yang mencolok antara dirinya yang mengucapkan selamat siang dengan Davin yang mengucapkan selamat siang. Wajah-wajah yang semula terlihat tak bersemangat tiba-tiba lenyap, berganti senyum-senyum merekah.
Setelah mengatakan beberapa hal kepada Davin, Pak Parsikun bangkit dari duduknya berjalan ke depan lalu berhenti tepat di titik pusat perhatian. Di belakangnya Davin berdiri tegap dengan wajah ramahnya yang tak dibuat-buat.
"Untuk hari ini selama satu jam ke depan, kelas bapak akan digantikan oleh Davin, karena hari ini bapak ada rapat membahas ujian semester genap kalian. Davin akan membantu menjelaskan materi yang mungkin belum kalian pahami. Oleh karena itu, bapak harap kalian bisa menyimak dengan baik. Sekian dulu dari bapak, setelah rapat selesai, bapak akan segera kembali." Pak Parsikun berlalu meninggalkan kelas 12 IPS 3.
"Baik Pak..."
Jawab mereka serempak. Kaum cowok cepat-cepat memasukkan bukunya ke dalam tempat semula lalu mengambil ponsel masing-masing, sementara yang cewek secara kompak menopang dagu, tersenyum manis ke arah depan, dan dimulailah aksi menikmati dan mensyukuri ciptaan Tuhan yang tidak boleh dilewatkan.
"Sorry, sebelumnya gue mau mengoreksi ucapan Pak Parsikun tadi. Disini gue ngga akan ngejelasin materi, karena gue juga sama masih belajar. Sama seperti kalian." Davin maju selangkah ke posisi dimana Pak Parsikun berdiri tadi. Cowok itu memang pandai memancing dan menguasai perhatian banyak orang.
"Gapapa Vin, Lo cukup diem aja di situ kita-kita juga udah seneng kok." Celetuk Melani. Cewek paling makmur di antara cewek lain yang ada di dalam ruang kelas itu.
Cewek di sebelah Melani mengangguk-angguk setuju, "Bener Vin, lo berdiri disitu aja gue udah bahagia banget, berasa liat DO di depan mata gue."
"Lanjuut Viin.." Teriak Ando.
KAMU SEDANG MEMBACA
SBBS #1 | Lengkap ✓
Novela JuvenilGenre : Fiksi Remaja 📖 Start : 27 Maret 2021, 20.40 WIB Finish : 3 November 2022, 23.28 WIB Dia adalah laki-laki yang memberikan payungnya di kala hujan datang. Dia adalah laki-laki yang memberikan bahunya di saat dunia melukaiku. Dia, Davin Rafa...