26 : Dunia Deeva

373 42 5
                                    

Bagi Deeva tidak ada yang lebih berharga dari apa pun di dunia ini selain menghabiskan waktu dengan papanya. Hampir tujuh belas tahun, laki-laki itu selalu menemaninya. Menemani hari-hari Deeva yang kadang menyenangkan dan kadang juga menyeramkan. Sebelum atau sesudah orang itu pergi, papa adalah dunia Deeva. Selamanya.

"Gimana filmnya sayang? Bagus kan?" Bram dan Deeva berjalan beriringan keluar dari bioskop yang ada di salah satu mall di Jakarta.

"Bagus. Senengnya jadi Euis sama Ara."

Film yang mereka tonton adalah film Keluarga Cemara. Film yang mengisahkan keluarga sederhana yang penuh kasih sayang. Film yang memberi amanat pada penontonnya bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga di dunia.

Tapi yang menarik bagi Deeva bukan amanat dari film itu, melainkan tokohnya, yaitu tokoh Euis dan Ara. Dua kakak beradik yang mendapat kasih sayang penuh dari ayah dan ibunya. Pasti sangat menyenangkan hidup dengan kasih sayang yang melimpah seperti mereka. Ya, pasti sangat menyenangkan.

"Deeva mau kemana lagi?" Tanya Bram.

Deeva berpikir sejenak, biasanya setelah nonton ia akan minta langsung pulang, karena ia tak menyukai keramaian di mall. Lain dengan sekarang, Deeva masih ingin melakukan sesuatu tapi ia sendiri bingung, karena ia tak mengetahui apa-apa saja yang menarik perhatian banyak orang sehingga mereka betah berlama-lama di dalam mall.

"Deeva laper..."

"Ohh anak papa kelaparan, let's go, ayo kita makan."

Papanya tak pernah berubah, selalu menjadi sosok orang tua, guru, sekaligus teman di waktu yang bersamaan. Mungkin hanya satu hal yang pasti Deeva sukai dari takdir hidupnya, yaitu memiliki papa seperti papanya.

"Itu Davin..." Gumam papanya.

Deeva mengedarkan matanya dan menemukan sosok Davin berada di lantai dua. Cowok itu tidak sendirian, ia bersama seorang gadis. Gadis kecil berkepang dua.

"Ayo kita ke sana." Ajak sang papa yang langsung diangguki oleh Deeva.

"Calon mantu."

"Papa mertua."

Sapa kedua laki-laki itu bersama-sama. Setelahnya mereka berdua tertawa.

"Anak siapa ini Vin? Eh tunggu, jangan-jangan kamu duda beranak satu kaya Om Bram, iya?" Guraunya.

Davin terkekeh pelan lalu ia membawa tangan gadis kecil itu untuk menyalami orang-orang dewasa di hadapannya.

"Halo Om Blam, namaku Devi." Ujar gadis kecil itu lucu.

"Wah anak pintal." Bram menirukan suara anak kecil itu.

Setelah menyalami Bram, tangan kecil Devi beralih menyalami Deeva. Deeva sempat enggan, namun sang papa menyenggol lengannya.

"Nama kaka siapa?" Deeva tak membalas, ia justru cepat-cepat melepaskan tangan mungil yang menggenggamnya.

"Deeva. Namanya kak Deeva." Ujar Davin memperkenalkan.

"Deeva, sebentar papa ada telepon." Bram berlalu meninggalkan ketiga orang itu.

SBBS #1 | Lengkap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang