23 : Makan Malam Keluarga

371 36 0
                                    

Mobil hitam itu memasuki halaman luas dengan dasar rumput jepang yang basah karena guyuran air hujan. Setelah mobil berhenti, kedua penumpang di dalamnya turun. Bram berjalan menggandeng putri semata wayangnya memasuki rumah minimalis bergaya klasik itu.

Malam itu adalah malam yang paling Deeva tak suka dari malam-malam lainnya. Malam di mana semua keluarga besar dari ayahnya berkumpul. Malam di mana ia menjadi Deeva yang kerdil dan tidak terlihat. Meskipun papanya menggenggam tangannya dengan erat, rasa enggan dan tak nyaman itu tetap ada.

"Selamat malam semuanya..." Bram menyapa anggota keluarganya dengan hangat.

Seperti biasa Bram akan menyalami Ratna, dan Ratna akan mencium kening anak laki-lakinya itu. Tidak hanya kepada anaknya saja, kepada cucu-cucu dan menantunya, Ratna juga melakukan hal yang sama.

"Sehat kamu Bram?"

Bram mengangguk, "Sehat Bu... Ibu gimana, asam uratnya masih sering kambuh?"

"Ngga, sejak rutin minum ramuan yang dibelikan sama Riyana, asam urat Ibu ngga sering kambuh lagi." Ujar wanita berusia 72 tahun itu.

"Ohh syukurlah kalo gitu." Setelah itu Bram mempersilahkan putrinya menyalami Ratna.

"Malem Oma." Sapa Deeva lalu menyalami tangan Ratna.

Ratna menerima uluran tangan itu, namun hanya sebentar, berbeda dengan bagaimana ia menyambut anggota keluarganya yang lain.

"Duduk." Titah Ratna agar cucunya segera menjauh darinya.

Perlakuan yang demikian sudah tak asing bagi Deeva. Gadis itu menurut, namun sebelum ia duduk, terlebih dahulu ia menyalami Om Setyo selaku anak tertua Ratna, dan juga istri Om Setyo yaitu Tante Willly.

"Gimana kabar kamu Nak?" Tanya Tante Willy.

"Baik Tante."

"Bimo kangen banget lho sama sepupu-sepupunya."

"Salam buat Kak Bimo ya Tante."

Setelah mendapat anggukan dari Willy, Deeva mengambil tempat duduk di samping papanya.

Makan malam ini seperti biasa akan dihadiri oleh ketiga anak Ratna yang semuanya sudah berkeluarga. Prasetyo biasanya akan mengajak anak laki-laki dan istrinya, namun kali ini anaknya sedang dinas di luar kota. Riyana datang bersama Tamara, karena suaminya lebih sering tinggal di luar negeri. Dan Bram tentu saja datang bersama Deeva.

Tradisi makan bersama setiap weekend adalah wasiat dari Opa Kris sebelum ia meninggal sebelas tahun yang lalu. Kris tahu semua anaknya adalah orang sibuk, sedang ia benci jika istrinya kesepian, oleh karena itu hari-hari sebelum ia meninggal, Kris selalu berpesan bahwa tradisi ini harus tetap dilakukan sampai kapan pun meski hanya satu bulan sekali.

"Itu Riyana..." Kata Ratna melihat satu-satunya anak perempuan yang ia miliki datang dari arah pintu masuk ruang makan.

"Maaf ya Bu, Yana telat, soalnya tadi Yana abis dari rumah sakit dulu nganter Mara berobat." Katanya pada sang ibu.

Raut wajah Ratna berubah menjadi khawatir, ia langsung bangkit dan menarik tangan gadis yang sedari tadi menunduk dan berdiri di belakang Riyana.

SBBS #1 | Lengkap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang