.
Sunghoon memarkir mobilnya dihalaman rumah Jaeyoon bersampingan dengan mobil milik Jaeyoon yang mungkin baru saja tiba tidak lama darinya.
Langkah kakinya melangkah cepat memasuki rumah lalu menaiki anak tangga terburu-buru dan membuka pintu kamar Jaeyoon. Matanya meliar ke segala arah namun sosok Jaeyoon tidak terlihat tapi kamar mandi yang tidak sepenuh tertutup membuat ia bernafas lega.
"Jaeyoon." Panggilnya seraya membuka pintu kamar mandi dan melihat Jaeyoon yang tergesa-gesa menutup tubuh telanjangnya dengan jubah mandi.
"Lo kenapa nyusul?" Soal Jaeyoon tanpa menoleh, suaranya terdengar serak.
"Lo---"
"Gue gak apa-apa, mending elo balik gue pengen mandi." Masih dengan tubuh yang memungunggi Sunghoon, Jaeyoon bertutur pelan.
Mengabaikan suruhan Jaeyoon, Sunghoon melangkah mendekat dan membalikkan tubuh Jaeyoon menghadapnya. Sejurus ia bisa melihat wajah memerah Jaeyoon sehabis menangis. Bahkan matanya terlihat memerah dan berkaca-kaca.
"Kita butuh bicara." Tangan Sunghoon menarik Jaeyoon keluar dari kamar mandi yang membuat Jaeyoon mengumpatinya namun ia abai.
Jaeyoon menghempas kuat pegangan Sunghoon pada lengannya hingga terlepas. "Apa-apaan sih, lo mending pergi sekarang. Gue pengen sendiri. Sendiri, ngerti gak. Pergi sekarang!"
Jeritan kuat Jaeyoon bergema diruangan kamar dengan tangannya mendorong tubuh tinggi Sunghoon agar beranjak.
"Lo benar-benar gak butuh---"
"Iya! Gue gak butuh lo. Gue pengen sendiri jadi lo lebih baik pergi. Tolong.." lelehan air mata yang baru saja menglir dipipi, Jaeyoon hapus kasar, lagi-lagi dadanya terasa sangat sesak hingga ia tidak tahu bagaimana ia lempiaskan.
Mengambil nafas lalu dihembus kasar, Sunghoon menahan amarahnya namun ia turut pada Jaeyoon, kini kakinya melangkah menuju kamar pintu meninggalkan Jaeyoon dihadapan kamar mandi.
"Sunghoon."
Baru saja tangannya membuka pintu kamar, panggilan pelan Jaeyoon menghentikannya. Dengan tangan masih diknop pintu Sunghoon menoleh pada Jaeyoon.
"Gue butuh lo."
Sangat lirih hampir seperti bisikkan namun masih dapat Sunghoon tangkap, melihat tatapan memohon dari Jaeyoon ke arahnya. Hela nafas terdengar lagi, kembali menutup pintu tidak lupa ia juga menguncinya.
"Sini." Tangan Sunghoon melintang lebar memanggil Jaeyoon mendekatinya. Pelan namun pasti kedua tungkai Jaeyoon mendekati Sunghoon hingga tubuh mereka mendekat yang langsung kedua tangan Jaeyoon ia lingkarkan ke leher Sunghoon dan lengan Sunghoon memeluk posesif pinggang ramping Jaeyoon.
Sesaat mereka berdua bertatap dengan nafas menerpa wajah masing-masing sebelum wajah keduanya mendekat dan mempertemukan dua bilah bibir mengecup dan saling melumat satu sama lain.
Yang semulanya lembut kini berubah kasar dan menuntut, bunyi kecipak basah serta desahan lirih dari Jaeyoon terdengar diruangan sepi itu.
Mengambil nafas dengan tak beraturan, Sunghoon menatap Jaeyoon yang terengah dengan bibir sedikit terbuka meraup oksigen. Kini bukan hanya wajah yang memerah tapi bibir juga ikut memerah basah dan bengkak, mengecup sekilas bibir Jaeyoon Sunghoon lantas mengangkat tubuh Jaeyoon digendongannya membawa ia ke kasur.
Membaringkan tubuh Jaeyoon dikasur lalu membuka pakaian yang melekat ditubuhnya hingga yang tersisa hanya seluar dalaman. Menatap tubuh dikungkungannya yang menatapnya sayu masih dengan jubah mandinya. Sunghoon kembali membawa Jaeyoon beradu mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED || sungjake
Fanfiction- terpaksa dan dipaksa untuk bersatu dalam sebuah hubungan yang mengikat dua manusia yang tidak pernah mereka impikan - bagaikan kepompong yang tidak pernah berpisah seperti itulah gambaran Sunghoon dan Jaeyoon, hubungan mereka bisa dibilang baik, b...