Chapter 16

3.8K 384 29
                                    


.

"Bukannya Mama selalu datangnya hari minggu, ya?"

Pertanyaan Sunghoon itu memecah hening setelah ketiganya terdiam beberapa saat yang lalu.

"Emang, tapi besokkan pernikahan kalian udah tinggal sehari. Takutnya nanti Mama gak sempat jenguk Papa." Lembut nada ibu Sunghoon menjawap, lalu tersenyum melihat kedua anak disampingnya ini membisu.

"Tahu kalian datang hari ini, pasti lebih baik kalo kitanya datang tadi bareng." Lanjut ibu Sunghoon.

Jaeyoon hanya terkekeh kecil menanggapi Ibu Sunghoon, memang beberapa hari ini sejak mengurusi pernikahan mereka ia dan Sunghoon lebih memilih menjadikan apartment Sunghoon tempat mereka beristirahat.

"Kalo gitu, Mama pulang dulu mungkin kalian butuh ruang buat ngomong sama Papa."

"Enggak Ma!" Laju Jaeyoon menyela dan menahan pergelangan tangan ibu Sunghoon. "Kita cuma mau jenguk bentar sama ngasih bunga doang. Mama kalo mau bicara lagi sama Papa, kita bisa kok, pulang sekarang."

Jaeyoon lantas menarik Sunghoon agar berhadapan sama pusara ayahnya, lalu meletakkan bunga disamping bunga yang baru saja ibu Sunghoon letakkan.

Keduanya membungkuk hormat sedikit lama, lalu kembali tegak dengan menatap lamat pusara ayah Sunghoon, sedang dalam hati merapal banyak ucapan yang hanya mereka sendiri yang tahu.

Raut wajah yang sudah dimamah usia namun masih terserlah kejelitaannya tersenyum tidak henti, melihat pemandangan dua anak muda yang berdiri bersampingan kalau di lihat dari mata kasar sungguh kedua pria itu terlihat sangat cocok, bahkan hanya berdiri bersampingan saja  mereka sudah seperti pasangan yang sangat ideal.

"Ma!" Panggil Sunghoon seraya tangannya menyentuh lengan atas ibunya, yang seketika membuat wanita itu mengerjap bingung.

"Ya?"

"Kami udah mau pulang, Mama masih mau ngomong sama Papa, kan? Kalo gak, kita bisa pulang bareng."

Diam sesaat, ibu Sunghoon terlihat ragu. "Mama disini udah mau sejam yang lalu dan bentar juga supir Mama bakal datang---" henti seketika melihat kerutan didahi anaknya, bingung.

"Sejam?" Tanpa sadar kata itu terluah begitu saja di bilah bibir Sunghoon.

Yang sejenak membuat ibu Sunghoon terkekeh geli. "Iya, sejam. Karena Mama ngomong banyak hal terutama soal satu-satunya peninggalan Papa buat Mama, anaknya yang mau nikah bentar lagi."

"Dan Mama yakin Papa juga pasti bahagia tahu anaknya bakal ditemanin sama Jaeyoon sampe tua nanti." Lanjutnya tersenyum hangat.

Mendengar namanya disebut membuat Jaeyoon tersenyum malu, tidak tahu hendak menanggapi bagaimana.

"Kita pulang bareng aja, nanti Mama tinggal kabarin supirnya gak usah jemput Mama." Ujar ibu Sunghoon menyadari suasana menjadi hening.

"Tapi Sunghoon.. karena kita udah di sini Mama mau ngomong bentar." Lanjutnya seraya menggapai tangan kanan anaknya, mengelus lalu digenggam.

Menyadari situasi Jaeyoon dengan cepat menyela. "Kalo gitu Jaeyoon nunggu di mobil aja." Baru saja ia ingin melangkah tapi seruan ibu Sunghoon menghentikannya.

"Jangan! Jaeyoon di sini aja, Mama gak ngomong hal penting kok, cuma omongan biasa aja."

Canggung senyum yang terulas di bibir Jaeyoon, berdiri kaku disamping Sunghoon menghadap nyonya Park.

"Sebelumnya Mama mau minta maaf---"

"Ma.." cepat Sunghoon memotong bicara ibunya. "Kenapa minta maaf? Mama gak salah apapun, aku diperut Mama selama sembilan bulan dan ngelahirin aku tanpa Papa disisi Mama, itu udah pengorbanan yang besar Ma." Sunghoon menggenggam kedua tangan ibunya, menatap penuh kasih.

FORCED || sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang