Chapter 13

4.3K 431 25
                                    

.

Sunghoon mengusak surainya jengah menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari kedua temannya ini. Setelah kepergian Jaeyoon dan teman-temannya, ia malah dituntut menjelaskan hal yang terjadi.

Heeseung tidak menjadi masalah cukup dijelaskan secari harfiah pasti mengerti.

Beda dengan Jay harus secara rinci sampai ke inti-inti dia mau tahu. Cukup membuat Sunghoon jengah.

Terhitung sudah berpuluh menit mereka duduk dikursi dekat meja bulat ditaman kampus itu

"Jadi kalian itu udah bareng-bareng dari kecil?" Pertanyaan yang sekian kalinya dari Jay.

"Iya. Malah dari gue lahir Jaeyoon udah ada, walau kita bedanya gak sampe sebulan, sih." Jawapan Sunghoon terdengar mau tidak mau saja. Malas.

"Terus, tadi lo bilang. Lo itu udah kayak sepenuhnya diurus dari bayi sama Mommynya Jaeyoon karena Mama lo sibuk ngurusin perusahaan Papa lo. Jadi kalian tumbuh besar sama-sama, ya?"

Sunghoon menarik nafas sejenak lalu ia mengangguk-angguk. "Iya, iya. Lo ni kenapa sih? Udah tadi gue bilang, Jaeyoon sama gue itu udah dari bayi sama-sama terus dari TK, SD, SMP, SMA bahkan sampe sekarang kuliah juga bareng---"

Helas nafas seketika. "Walau bukan cuma soal pengajian kita bareng-bareng terus sih, diluar dari hal itu aja kita emang bersama terus. Kayak yang gue bilang tadi, rumah Jaeyoon itu udah emang rumah gue, begitu juga sebaliknya."

Diam seketika melihat Jay maupun Heeseung mencerna penjelasannya, lalu ia melanjut. "Apalagi Mama dari pagi udah gak kelihatan batang hidungnya sampe ke malam yang malamnya dibuat untuk tidur dan istirahat, palingan hujung minggu doang punya waktu. Itu aja hitung-hitung ada." 

Hening sesaat sebelum Heeseung ikut bertanya.

"Kok lo kelihatan biasa aja, digituin sama Mama lo?" Kali ini Heeseung dibuat sedikit penasaran, karena raut wajah Sunghoon ketika menjelaskan hal itu seperti sudah biasa saja.

Sejenak Sunghoon terkekeh kecil. "Iya, emang hidup gue kayak gitu. Kayak yang.. lo lahir di dunia ini emang udah begitu jalan hidup lo, yang udah lumrah banget, jadi apanya yang mau diherankan? Emang udah begitu hidup gue."

"Lagian juga, keluarga Jaeyoon gak pernah beda-bedain gue, kayak emang udah takdir gue disitu aja. Bahkan gak pernah tu gue rasa asing sama mereka, yaa.. walau gue sering gak akur sih sama Jaeyoon."

Heeseung dan Jay mengangguk-angguk mengerti, Heeseung dengan kedua tangan melipat diatas meja semantara Jay satu tangannya menopang didagunya.

"Tapi---"

"Apalagi?" Sunghoon mendelik tajam pada Jay yang baru saja mau membuka mulut.

"Si anjing, gue baru mau nanya." Netra Jay ikut mendelik tajam. "Tapi janji deh, ini yang terakhir."

"Kenapa lo setuju sama perjodohan ini?"

Pertanyaan yang membuat Sunghoon bungkam seketika, mengulum bibir sembari menyibak surai hitamnya.

"Kalo itu gue gak bisa jawap, sangat pribadi. Sorry." Singkat dan pelan Sunghoon menjawap.

Yang membuat muka Jay berubah julid. "Cih, gitu doang berahsia segala, kayak sama siapa aja."

"Anjing! Gak semua teman harus tahu, ya. Pasti adalah hal yang sangat privasi sampe teman juga gak perlu tahu. Lo juga pasti ada, anjing." Cepat sekali Sunghoon menukas terdengar kesal.

Jay hanya mendecih tidak suka. "Btw, lo seringkan ngomongin soal jatah tiap gue nanya soal merah-merah didada lo? Jadi itu benar-benar dari Jaeyoon?"

FORCED || sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang