.
"Ini semua gara-gara lo? Kenapa gak bilang dari semalam sih?"
Jaeyoon mengoceh sembari memasang jaket jeans ditubuhnya, membenahi pakaiannya didepan cermin, melirik Sunghoon yang sudah bersiap dengan pakaian biasa saja, khas seorang Sunghoon.
"Mana sempat, gue kepalang lupa sama fitting baju dan.. gak, itu yang semalam kita, lo tahulah ya."
Pria Shim menjeling tajam, mengerling jam di dinding kamar yang menunjuk hampir menginjak dua belas. Mereka bersiap terburu-buru mendapat panggilan dari ibu Sunghoon yang mengagetkan mereka dari tidur setelah menghabiskan malam panas nan panjang dengan bergumul.
Yang ternyata kemarin ibunya menelepon Sunghoon selain dari menyuruh mereka fitting baju, mereka berdua juga harus makan siang bersama kedua ibu mereka itu yang bertepatan dengan hari minggu dan kedua wanita berkarier itu kebetulan punya masa dan ingin meluangkan waktu bersama kedua anak mereka.
Sedikit gusar mendapati dirinya yang kesakitan bila berjalan, tadi saja mereka berdua mandi bersama agar cepat dan Sunghoon membantunya juga. Tidak heran mereka tidak menyedari hari sudah menginjak siang karena semalam mereka mungkin tidur waktu subuh menjelang.
Hormon keduanya yang meluap-luap dengan pikiran yang mengatakan besok tiada kuliah sekalian saja dihabiskan dengan bersenang-senang versi mereka. Hingga melupakan titah ibu Jaeyoon yang di sampaikan pada Sunghoon.
Pria Park menatap prihatin pada Jaeyoon yang tiap bergerak pasti meringis, jalannya juga terkesan pelan, pemandangan seperti ini sudah biasa baginya bukan pertama kali tapi berkali-kali.
Tadi malam saja ia juga ingat-ingat lupa berapa kali ia mencapai pelepasan, mungkin sekitar tiga atau empat kali dan itu memerlukan waktu berjam-jam lamanya, makanya tidak heran kenapa menjelang subuh baru mereka tidur.
Jika kebiasaan mereka setelah kegiatan seperti tadi malam yang memakan waktu yang lama, pasti Jaeyoon tidak akan kemana-mana selain berbaring dikasur sepanjang hari dengan Sunghoon seperti pembantu yang disuruh ini itu oleh Jaeyoon.
"Gak usah datang aja, ya. Lo kesakitan gitu." Sunghoon berjalan mendekati Jaeyoon, yang setelahnya pukulan pelan mendarat didadanya dari pria Shim.
"Pake alasan apa? Mommy baru aja telepon katanya udah sampe dirumah Mama, mana tega gue." Ujar Jaeyoon kembali mengingat perbualannya bersama ibunya sebantar tadi yang baru saja kembali pulang dari luar kota dan langsung menuju rumah ibu Sunghoon.
Setelah kesungguhan kedua ibu mereka yang sentiasa sibuk itu dan baru punya waktu untuk mereka berdua tidak mungkinkan mereka batalkan hanya kerana ulah mereka sendiri.
"Iya.. pake alasan yang jujur aja, lo gak bisa jalan karena kita habis nge---"
Mulut Sunghoon dipukul cepat oleh Jaeyoon. "Mulut lo dijaga, anjing."
"Setan. Emang kenapa? Mama sama Mommy pasti ngerti kok."
"Diam, berisik. Ini juga semua salah lo, gue udah nyuruh berhenti lo malah nambah." Alis Jaeyoon menukik tajam menatap Sunghoon.
Sontak Sunghoon tertawa geli. "Berhenti artinya lanjut kalo elo mah. Tiap kata lo tu berkebalikan dan lagian lo keenakan juga kali. Gak usah nyalahin gue kita sama-sama salah, punya hormon melebihi---"
"DIAM!!"
Itu kejadian yang sejam yang lalu kini mereka berdua sudah berada dihalaman rumah ibu Sunghoon tubuh keduanya baru saja keluar dari mobil. Jaeyoon sedaya upaya mencoba terlihat biasa saja namun tidak menampik jalannya yang sedikit pelan dari biasanya.
Sunghoon memutar bola matanya, tanpa aba-aba ia menghampiri Jaeyoon dan langsung mendukungnya yang spontan mendapat pekikan terkejut dari Jaeyoon.
"Apaan sih? Turunin." Jaeyoon memukul punggung belakang Sunghoon namun tetap tangannya berpegangan erat pada leher Sunghoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED || sungjake
Fanfiction- terpaksa dan dipaksa untuk bersatu dalam sebuah hubungan yang mengikat dua manusia yang tidak pernah mereka impikan - bagaikan kepompong yang tidak pernah berpisah seperti itulah gambaran Sunghoon dan Jaeyoon, hubungan mereka bisa dibilang baik, b...