.
Ting
Bunyi pintu lift yang berdenting menandakan ia telah sampai di mana lantai yang ia tuju membuat Jaeyoon gesit keluar dengan cepat terkesan terburu-buru lalu tubuhnya ia sembunyikan ditembok parkiran basemant itu.
Sejam yang lalu ia berada di mall di salah satu tempat toko buku niat ingin membeli buku buat bahan rujukan malah berakhir ia tidak membelinya begitu merasakan seseorang memerhatikannya secara diam-diam.
Mengintip dibalik tembok dengan nafas tertahan melihat ke arah dua pintu lift dibasemant area kawasan parkiran dan juga pintu tangga darurat.
Ada satu kemungkinan jika sosok itu masih mengikutinya ia akan keluar dari salah satu lift itu. Dan benar saja tidak lama setelah itu sosok yang sangat Jaeyoon kenali keluar dari pintu lift yang satunya dengan mata pria itu yang meliar disegala arah dikawasan parkiran yang sunyi.
Menarik nafas dalam lalu ia hembus kasar, Jaeyoon keluar dari balik tembok menghadap sosok yang tengah melotot kaget melihatnya sekarang.
"Penguntit. Lo bisa gue laporin." Nada dingin terkesan intimidasi serta netranya menyorot tajam menghunus si pria.
"J-Jaeyoon." Tubuh Minseok mendadak kaku.
"Kenapa lo ngikutin gue? Sekarang? Dan tempo hari? Maksud lo apa?" Masih dengan nada yang sama serta raut dingin tidak bersahabat.
"Jaeyoon lo salah paham, gue kebetulan tadi gak sengaja lihat lo makanya gue ikutin, begitu juga dengan tempo hari semua itu kebetulan."
"Ck. Pembohong, gue gak percaya. Dan ternyata ancaman calon suami gue gak mempan, ya. Ke elo?"
Sontak Minseok mendengus remeh serta menyibak surainya. "Calon suami? Lo kira bisa ngibulin gue, maaf aja, gak berhasil. Omongan Sunghoon tempo hari, gue nolak buat percaya."
"Terserah. Gue gak butuh percaya lo. Gue cuma minta jangan pernah muncul dihadapan gue, buat kayak dua tahun yang lalu.. Lee Minseok tiba-tiba menghilang tanpa kabar? Jadi jangan ganggu gue."
Mengepal kedua tangannya erat Jaeyoon berbalik menuju mobilnya, dadanya lagi-lagi terasa sesak kejadian dua tahun lalu entah kenapa rasa sakitnya masih terasa. Persis sama, menusuk-nusuk hatinya hingga terasa begitu sesak dan sakit.
Baru tangannya membuka pintu mobil, lengannya di tahan cepat membuat ia tersentak kaget. "Lepas! Jangan pernah sentuh gue!!" Teriak Jaeyoon nyaring, menolak tubuh Minseok menjauhinya.
"Jaeyoon kita butuh bicara."
"Gak ada! Gak perlu, kita udah berakhir kayak yang lo tulis disurat dua tahun lalu." Dengan nafas memburu menahan emosi menatap Minseok, yang sedetik kemudian Jaeyoon membuka pintu penumpang dimobilnya mengambil sesuatu lalu ia lempar asal ke arah Minseok.
"Itu kad undangan pernikahan gue sama Sunghoon, terserah lo mau percaya apa enggak? Atau lo mau datang apa enggak? Terserah! Gue gak peduli."
Tanpa membuang waktu Jaeyoon cepat berlalu masuk ke dalam mobilnya, mengkenderai mobilnya dengan cepat meninggalkan Minseok yang tubuhnya mendadak kaku.
Seiringnya mobil Jaeyoon berjalan jauh, bulir-bulir bening itu jatuh membasahi pipinya buat sekian kali.
Mengusap kasar air matanya dengan menggigit bibir bawahnya menahan isakan dan sakit didadanya.
"Sialan. Lo lemah banget Jaeyoon."
.
.
.
Perkenalan singkat antara Jaeyoon dan Minseok melalui kenalan mereka yang waktu itu berada diacara yang sama, menjadi titik pertemuan pertama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED || sungjake
Fanfiction- terpaksa dan dipaksa untuk bersatu dalam sebuah hubungan yang mengikat dua manusia yang tidak pernah mereka impikan - bagaikan kepompong yang tidak pernah berpisah seperti itulah gambaran Sunghoon dan Jaeyoon, hubungan mereka bisa dibilang baik, b...