.
Seperti yang sudah dibicarakan dua hari yang lalu, Jaeyoon maupun Sunghoon baru punya waktu untuk bertemu sama Minseok.
Kini Sunghoon dan Jaeyoon berjalan beriringan dengan tangan yang bertaut masuk ke salah satu restoran khas tradisional dengan pelayan yang menuntun mereka memasuki salah satu bilik ruang makan yang telah ditempah Minseok.
Sejurus pintu kayu itu digeser oleh pelayan wanita kedua pasang netra mereka bertembung dengan Minseok yang duduk dikursi dengan sorot mata yang terkejut.
Setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan, keduanya masuk lalu pintu tertutup kembali oleh pelayan tadi.
Seketika aura dari disekeliling terasa sangat canggung, dan Jaeyoon yang mengerti arti dari sorot netra pria itu langsung membuka mulut.
"Maaf, tapi gue harus sama suami gue. Lo gak keberatan kan?"
Sontak Minseok menggeleng, dia hanya sedikit terkejut saja. "Enggak kok, santai aja. Ayo, duduk." Kedua tangannya menunjuk kursi dihadapannya. Mengundang kedua pasangan yang baru menikah itu untuk duduk.
Mendudukkan dirinya dengan tangan yang masih bertaut ditangan Sunghoon, Jaeyoon menatap lurus pada Minseok dengan sorot dingin diwajahnya.
"Kalo gitu, kita bisa pesan--"
"Gue gak punya waktu, langsung ke inti aja." Interupsi Jaeyoon cepat.
"Jaeyoon..." tegur Sunghoon menoleh pada Jaeyoon yang masih memandang lurus pada Minseok.
"Gue gak mau basa basi, Sunghoon. Gak mau lama-lama." Jaeyoon berujar tanpa menoleh pada Sunghoon.
Hanya helaan nafas pasrah dari Sunghoon, tersenyum kecil pada Minseok berharap pria itu mengerti akan sikap Jaeyoon.
Minseok menarik nafas, seketika ia merasa sedikit gugup. "Maaf dan terima kasih udah nyisain waktu kalian buat gue. Gue langsung jelasin---"
"Iya. Langsung aja, gak usah bertele-tele. Jelasin kenapa lo ninggalin gue hanya dengan surat doang, dan lo hilang entah ke mana tanpa ada yang tahu."
Sekali lagi Jaeyoon memotong bicara Minseok nada bicaranya sama dingin dengan raut yang terpancar diwajahnya.
Bahkan Sunghoon bisa merasakan genggaman Jaeyoon ditangannya kini menguat yang langsung saja Sunghoon tarik lalu ia letakkan dipahanya lalu tangannya yang satu lagi ia usapkan guna menenangkan Jaeyoon.
Menarik nafas sekali lagi, Minseok mencoba bertutur pelan dan lembut. "Maaf.. gue akuin kelakuan gua dua tahun lalu brengsek banget. Tapi gue terpaksa--bukan lebih tepatnya gue gak punya pilihan dan gue harus lakuin itu juga."
Jaeyoon masih terus menatap lurus pada Minseok mendengar baik-baik penjelasan pria itu. Sorotnya masih sama dingin dan menuntut.
"Gue pernah ngomong ke elo, kan? Yang gue punya keluarga tapi di Canada dan gue di Korea ini hanya sendiri."
Jaeyoon hanya menganggung singkat mengiyakan.
Tersenyum tipis sebelum melanjut. "Waktu itu suruhan keluarga gue tiba-tiba datang dan paksa gue untuk pulang. Mendadak emang, karena Ayah gue lagi butuh gue waktu itu." Jeda untuk berapa saat.
"Makanya gue cuma sempat nulis surat setelah mendengar penjelasan suruhan Ayah gue, pengennya jelasin lo melalui ponsel tapi gue tahu itu akan jadi hal yang panjang sedangkan gue gak punya waktu. Jadi satu-satunya jalan singkat, gue ngirim surat untuk akhiri hubungan kita."
Sejenak nafas Jaeyoon terdengar memburu, ingin sekali ia meninju wajah Minseok dihadapannya ini. Rasa amarah seketika berkumpul didadanya.
Semantara Sunghoon masih terus diam namun tangannya tidak pernah lepas menenangkan Jaeyoon. Tangannya masih terus mengelus tangan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED || sungjake
Fanfiction- terpaksa dan dipaksa untuk bersatu dalam sebuah hubungan yang mengikat dua manusia yang tidak pernah mereka impikan - bagaikan kepompong yang tidak pernah berpisah seperti itulah gambaran Sunghoon dan Jaeyoon, hubungan mereka bisa dibilang baik, b...