"Kaivan Tarachandra," panggil salah satu anak laki-laki yang berdiri tak jauh dari anak yang bernama Kaivan.
Kaivan yang merasa namanya di panggil itu menoleh, mendapati dua orang yang berpakaian rapi, berbeda dengannya yang hanya memakai kaos hitam polos yang ia dapatkan dari hasil rebutan emak-emak pemburu diskonan.
"Sokap lu," kata Kaivan yang tak mengenal dua orang itu.
"Maksud kamu?" tanya anak laki-laki yang satunya.
"Siapa lo?"
"Oh, perkenalkan namaku Garvi dan orang yang disebelahku ini Dipta."
Kaivan menatap dua orang di depannya itu dengan ekspresi aneh karena cara bicara mereka yang formal dan sikapnya yang sopan, berbeda dengan cara bicaranya yang kasar dan slengekan.
"Sopan amat, lagian kita kayaknya seumuran pake lo-gue aja lah. Kalian nyasar ya? Mau kemana emang? Kalo gue tau jalannya gue kasih tau," tanya Kaivan bertubi.
Dipta dan Garvi menatap satu sama lain, dalam hati mereka berusaha menyakinkan diri kalau mereka tidak salah orang. Padahal tadi jelas-jelas Dipta memanggil nama lengkap Kaivan, kenapa masih bisa berpikir kalau mereka adalah orang yang sedang kesasar?
"Woy! di tanya malah diem-diem bae," seru Kaivan membuat Garvi dengan cepat membalasnya.
"E– kita, tujuan kita untuk membawa putra mahkota kembali ke istana."
"Ohh, putra mahkota? anaknya raja? siapa namanya? mau gue bantuin cari?"
"Tidak perlu, karena kami sudah menemukannya." Tolak Dipta dengan sopan.
"Terus kenapa masih di sini?"
"Karena anda putra mahkota nya, Kaivan Tarachandra."
Tawa Kaivan pecah mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Dipta, mana ada putra mahkota yang kelakuannya slengekan kaya gini? beli baju aja masih diskonan.
Lagipula Kaivan dari kecil sudah tinggal di daerah ini yang jelas sangat jauh dari istana, tempat para anggota kerajaan tinggal. Ia hanya tinggal di rumah yang sederhana, bahkan makan saja dari hasil kerja paruh waktunya. Memangnya putra mahkota hidup seperti ini ya?
"Hahaha! Kalian lucu ya? nama gue emang Kaivan, tapi gue bukan putra mahkota."
"Tapi anda memang putra mahkota," balas Dipta bersikeras.
"Coba kasih gue bukti," kata Kaivan yang kini sudah tidak ada tawa di wajahnya.
"Nggak ada, kan?" lanjut Kaivan saat tidak ada jawaban dari mereka.
Kaivan menggelengkan kepalanya, tanpa mengatakan apapun lagi kakinya melangkah dan pergi dari sana. Meninggalkan Dipta dan Garvi yang kini hanya menatap kepergiannya.
Baru sepuluh langkah Kaivan berjalan, ia mendengar derap langkah yang mendekatinya. Sudah bisa ditebak siapa yang mengikutinya kan? Ya, Dipta dan Garvi.
Kaivan mengabaikannya dan tetap melangkah, kalaupun nanti kedua orang itu ada niatan jahat ia tak masalah. Ia cukup pandai berkelahi, dan kalaupun nanti ucapan dua orang itu benar tentang dirinya, Kaivan tak tahu harus bereaksi seperti apa.
Ah, bicara sedikit tentangnya. Kaivan, sama seperti remaja pada umumnya. Hanya saja ia hidup sendiri semenjak satu-satunya wanita yang merawatnya selama belasan tahun meninggalkannya dua tahun lalu, saat umurnya 13 tahun.
Beruntung Kaivan sudah belajar mandiri sejak ia kecil, tidak sulit untuk bertahan hidup sejak wanita yang ia panggil Tante itu meninggalkannya.
"Pangeran," panggil Garvi namun diabaikan oleh Kaivan, karena ia memang tidak merasa di panggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
FantasyKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...