Pada akhirnya mereka menginap di rumah Arya karena Amanda melarang mereka untuk pulang, terlebih lagi dengan keadaan Kaivan yang terluka seperti itu.
"Nggak usah ngeyel bisa? udah gue bilang mereka ditangani Oza," kata Kaivan saat Dipta dan Garvi yang lagi-lagi berusaha untuk keluar dari rumah ini.
Mereka ingin mengecek keadaan di sekitar rumah ini setelah mendengar cerita yang sebenarnya dari Kaivan, tentu saja laki-laki itu harus menjelaskan tentang Oza juga.
"Tapi kita butuh informasi dari mereka, Pangeran," kata Dipta.
"Informasi apaan?" tanya Kaivan bingung.
"Semua yang mereka tahu, terlebih lagi siapa yang memerintahkan mereka," balas Garvi.
"Ohh," gumam Kaivan sembari mengangguk-anggukan kepalanya.
Laki-laki itu menoleh ke arah Oza yang sedari tadi berjaga di jendela kamar ini.
"Mereka lo apain, Za?" tanya Kaivan melalui telepati.
"Sebelum aku apa-apain, mereka sudah bunuh diri, Pangeran."
"Mayatnya? lo nggak biarin mayatnya di jalan, kan?" tanya Kaivan lagi.
Bisa-bisa desa ini menjadi heboh ketika melihat mayat yang tergeletak di jalan dengan kondisi penuh dengan darah.
"Tenang saja, aku sudah membuang mereka ke sungai."
"Mereka udah mati sebelum Oza dapet informasi," ujar Kaivan pada Dipta dan Garvi.
"Jasadnya?" tanya Dipta.
"Dibuang ke sungai," balas Kaivan.
Suasana kembali hening.
"Dah ah, gue mau tidur, bye!"
Kaivan keluar dari kamar yang ditempati Dipta dan Garvi, kemudian ia pergi ke kamar Arya yang juga kamar yang ia pakai untuk tidur.
"Itu bukan lo kegores, kan?" tebak Arya begitu Kaivan membuka pintu kamarnya.
Arya yang duduk di atas tempat tidurnya pun menggeser tubuhnya agar Kaivan memiliki tempat untuk duduk.
"Menurut lo?" tanya Kaivan.
"Bukan," jawab Arya.
"Yaudah."
Kaivan merebahkan tubuhnya tanpa memperdulikan Arya yang menatapnya dengan ekspresi tak terbaca, semenjak sahabatnya itu menemukan keluarganya, Kaivan jadi seringkali terluka.
Tidak seperti saat Kaivan berada di desa ini, justru laki-laki itu tidak pernah terluka yang disengaja. Arya merasa aneh karena Kaivan terlihat lebih aman saat bersama Tante Nari yang merupakan penculik Putra Mahkota daripada saat bersama keluarga kandungnya.
"Ar, kalo ntar gue tiba-tiba jauhin lo nggak usah kaget," celetuk Kaivan yang membuat Arya tersentak.
"Apa-apaan?! nggak! pokoknya lo nggak boleh jauhin gue! kita udah sahabatan seumur hidup, masa tiba-tiba harus jauh-jauhan?!" protes Arya yang kini merubah raut wajahnya menjadi kesal.
"Lo tau kan semenjak gue tau kalo gue Putra Mahkota, banyak yang mau nyelakain gue. Gimana kalo nanti orang-orang terdekat gue yang mereka incar juga?" kata Kaivan.
"Lo bilang gue bakalan aman!" seru Arya.
Kaivan mengubah posisinya menjadi duduk, laki-laki itu menatap sahabatnya dengan tatapan getir. Kemudian, ia menepuk-nepuk bahu Arya.
"Sorry, Ar. Kalo boleh milih gue mau jadi orang biasa lagi aja," ucapnya sembari tersenyum getir.
Padahal belum ada yang tahu identitas aslinya selain orang-orang istana dan Arya, namun ini sudah kesekian kalinya Kaivan dalam bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
FantasyKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...