Kaivan menatap nanar motornya yang tergeletak di aspal dengan kondisi lecet. Meskipun begitu, untungnya Kaivan sempat menghindar meskipun harus mengorbankan motor kesayangannya itu.
Dipta dan Garvi, mereka keluar dari dalam mobil dan menghampiri Kaivan yang tampak termenung melihat ke arah motornya.
"Putra Mahkota, anda tidak apa-apa?" tanya Dipta sembari membantu Kaivan berdiri.
Sementara Garvi mengecek keadaan laki-laki itu, memastikan jika tidak ada luka lecet atau sebagainya.
"Ada bagian yang sakit selain lengan, Putra Mahkota?" tanya Garvi saat mendapati luka lecet pada lengan Kaivan.
"Kakak!"
Laki-laki itu tersentak kaget ketika suara anak kecil berteriak ke arahnya bersamaan dengan tangan-tangan kecil yang memeluk tubuhnya, ia menundukkan kepalanya dan mendapati adik-adiknya kini berada di depannya tengah memeluknya.
"Kakak nggak papa?" tanya Faleesha.
"Kakak sakit?" kali ini Alsaki yang bersuara.
"Kakak dari mana, sih?"
"Kata Daddy, Kakak lagi main petak umpet ya? Kakak dimana ngumpetnya kok Saki nggak bisa nemuin?"
"Shasha kangen tau!"
"Saki juga kangen!"
Kaivan mengubah posisinya, menjadikan lututnya menjadi tumpuan untuk berdiri agar bisa mensejajarkan tingginya dengan adik-adiknya.
Laki-laki itu menatap wajah kedua adiknya yang terlihat begitu antusias ketika melihatnya, tanpa mengatakan apapun, ia memeluk keduanya.
"Maaf," kata Kaivan pelan, namun masih dapat didengar oleh kedua adiknya.
"Kenapa Kakak minta maaf?" tanya Alsaki.
"Pengen aja, dimaafin nggak?" balas Kaivan.
"Iyaa!"
Kaivan melebarkan senyumannya, adik-adiknya ini memang selalu bisa membuat suasana hatinya kembali menjadi baik. Ia menatap kedua adiknya secara pergantian, lalu mengusap kepala mereka dengan tulus.
Terdengar derap langkah kaki yang mendekat ke arahnya, tak jauh di depannya, Kaivan dapat melihat orang tuanya tengah berlari ke arahnya dengan ekspresi wajah bahagia namun juga cemas.
"Mereka sangat menantikan kamu untuk pulang, Pangeran," celetuk Ghaztan yang berdiri tak jauh darinya.
"Kaivan!"
Lagi-lagi Kaivan mendapatkan serangan berupa pelukan dari keluarganya, kali ini ia mendapatkan pelukan itu dari Devina.
"Mama minta maaf, Nak. Mama janji tidak akan melarang Kaivan lagi, maafin Mama ya, Nak?" kata Devina ditengah pelukannya yang kian mengerat.
"Ma, sakit.." adu Kaivan sembari meringis pelan saat mamanya itu memeluknya terlalu erat, membuat punggungnya yang baru saja terbentur aspal itu terasa nyeri.
"Sakit?! dimana yang sakit, Nak?"
Devina sontak melepaskan pelukannya dan memeriksa bagian tubuh Kaivan yang sakit, wanita itu melotot kaget ketika mendapati lengannya putranya yang lecet dan mengeluarkan darah segar.
"Panggil dokter!" perintah Rafandra.
"Dalam perjalanan, Yang Mulia," balas Dipta dengan sopan.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, Rafandra mendekati Kaivan dan membawa putranya itu ke gendongannya. Kaivan tentu saja memberontak karena ia bisa berjalan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
FantasyKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...