Kaivan sampai di rumah mereka dengan Faleesha yang tidur digendongannya, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Arya yang tak kunjung ia temui.
Setelah menaruh Faleesha dikamarnya, ia segera keluar dari rumah untuk menyusul Arya yang baru saja mengirim lokasinya dan beberapa pesan yang membuatnya mengumpat.
Di hati terdalam Kaivan, ia menghujat Arya yang dengan cerobohnya bisa sampai di kawasan rumah yang seharusnya tidak dimasuki oleh orang - orang awam sepertinya.
"Untung aja lo masih idup," gumam Kaivan setelah melihat keberadaan Arya yang berdiri di antara dua pohon besar.
"Lo kenapa bisa sampai sini?" tanya Kaivan setelah menghampiri Arya yang berdiri dengan tatapan kosong.
Karena tak ada jawaban, Kaivan membawa Arya pergi dari sana sebelum mereka mengetahui keberadaan mereka. Untuk masalah CCTV di pohon itu, Kaivan akan meminta seseorang untuk mengurusnya.
"Lo nggak bakal mati," ujar Kaivan menenangkan Arya.
"Kok lo yakin banget?" tanya Arya setelah mendengar ucapan Kaivan.
"Tebakan gue nggak pernah salah kalo lo lupa," balas Kaivan dengan seringai di wajahnya, menampakkan giginya yang bertaring. Sedangkan Arya berdecih karena sifat songong Kaivan.
"KAKAK!!" teriakan Alsaki menggema disetiap sudut ruangan yang terbuka.
Kaivan yang mendengar teriakan itu pun segera lari ke kamarnya yang berada di lantai atas, Arya juga mengikutinya dari belakang. Sedangkan Dipta dan Garvi kebingungan karena Kaivan yang langsung beranjak pergi.
"Kak Kaivan mana?!" tanya Alsaki dengan wajah yang memerah.
"Di atas," balas Dipta jujur.
Selepas Alsaki naik ke lantai atas, Dipta dan Garvi memutuskan untuk keluar dari rumah. Mereka harus membereskan apa yang sudah di lakukan oleh Arya tadi.
Kaivan dan Arya yang sudah sampai kamar segera mengunci kamarnya, Kaivan mengatur nafasnya yang naik turun dengan cepat karena berlari dari lantai bawah sampai kamarnya. Begitu juga dengan Arya yang mau tak mau mengikuti Kaivan berlari ke lantai atas, padahal ia tak tau apa yang membuat Kaivan lari terbirit - birit seperti tadi.
Brak! Brak! Brak!
"Kak, bukain!"
"Kak!"
"Huaa bukain!!"
"Bukain aja napa, Kai!" suruh Arya yang mulai kesal karena suara gebrakan pintu dan suara Alsaki yang berisik.
"Lo mau bikin tulang gue remuk di gebukin dia?" tanya Kaivan nyolot.
"Bocah cilik gitu mana bisa bikin lo remuk?" dengus Arya.
Karena tak tahan, ia sendiri yang membuka pintu kamar Kaivan. Sedangkan yang punya kamar hanya bisa pasrah karena badai akan mendatanginya.
Kaivan mulai memejamkan matanya dan berhitung,
1...
2...
3...
Dugh!
"Ahh!" desah Kaivan karena benda keras menghantam kepalanya.
"Anjir! lo ngapain desah segala?" kata Arya yang baru saja menyaksikan benda melayang ke arah Kaivan.
"Kakak jahat ninggalin Saki sendiri!" pekik Alsaki yang sudah mengambil kembali sepatunya yang tadi ia lempar.
"Salah sendiri tidur," sahut Kaivan sambil mengusap - usap kepalanya yang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince [ hiatus ]
FantasyKaivan Tarachandra, nama Putra Mahkota dari Raja Rafandra dan Ratu Devina yang hilang lima belas tahun silam. Kaivan hanya remaja biasa yang cukup banyak dikenal oleh orang-orang di tempat tinggalnya, setidaknya sebelum dua orang yang seumuran deng...